DOGIYAI, JELATANEWSPAPUA.COM – Uskup Keuskupan Timika, Mgr. Bernardus Bofitwos OSA, menyerukan agar pemerintah segera mencabut izin pertambangan PT. Gag di wilayah Raja Ampat, Papua Barat Daya. Pernyataan itu disampaikan menyusul keprihatinannya terhadap kerusakan lingkungan yang ditimbulkan oleh aktivitas pertambangan di kawasan konservasi tersebut.
Dalam sebuah tayangan yang dilansir channel YouTube Uskup Timika Minta Izin Tambang PT Gag Dicabut [Primetime News] – YouTube, Mgr. Bernardus Bofitwos, OSA yang juga merupakan putra asli Maibrat, Sorong, menilai bahwa langkah pencabutan izin tambang oleh pemerintah sejauh ini belum menyeluruh dan cenderung tebang pilih.
“Kalau dilihat, ini seperti ada skenario saja, untuk menunjukkan kepada publik bahwa pemerintah sudah mulai cabut ini dan itu. Tapi yang lain dibiarkan tetap beroperasi, itu artinya belum tulus dan belum legowo,” kata Bernardus.
Menurutnya, PT Gag merupakan perusahaan yang sudah lama beroperasi dan sejak awal mendapat penolakan dari berbagai pihak. Ia menganggap aneh bila perusahaan itu tetap dipertahankan sementara izin tambang lain yang baru malah dicabut terlebih dahulu.
“Yang lama justru harus dicabut duluan. Jangan yang baru dijadikan semacam tumbal agar terlihat seolah ada tindakan. Ini tidak adil dan tidak benar,” ujarnya.
Bernardus menegaskan bahwa keberadaan tambang di Raja Ampat sangat mengancam kelestarian alam yang selama ini menjadi kebanggaan Indonesia dan daya tarik wisata dunia. Ia menyebut kawasan tersebut kini mengalami kerusakan yang menyedihkan.
“Raja Ampat sekarang seperti luka yang menganga. Kasihan sekali. Hati kita jadi perih melihatnya dilukai oleh aktivitas tambang. Padahal orang dari seluruh dunia mengenal Raja Ampat sebagai surga,” tambahnya.
Uskup Timika itu juga mengajak masyarakat dan berbagai elemen sipil untuk terus memberikan tekanan kepada pemerintah agar segera mencabut seluruh izin tambang di kawasan sensitif dan menjaga keutuhan lingkungan Papua.
“Kita tidak boleh diam. Harus terus bersuara, menekan pemerintah agar Raja Ampat dan seluruh alam Papua tidak hancur karena kepentingan sesaat,” pungkasnya.