Oleh: Elias Awekidabi Gobay
OPINI – Di Tanah Papua, ada satu benda sederhana yang sarat makna: Noken. Tas tradisional ini bukan sekadar wadah membawa hasil kebun, ikan, atau bayi. Noken adalah simbol identitas, kesabaran, dan kebersamaan masyarakat asli Papua.
Kini, muncul usulan agar ditetapkan Hari Khusus Penggunaan Noken di seluruh wilayah Papua. Usulan ini menjadi langkah nyata melestarikan warisan budaya. Sekaligus menggerakkan ekonomi lokal melalui pemakaian Noken.
Hari Khusus Penggunaan Noken diusulkan setiap hari Jumat. Pada hari itu, seluruh masyarakat pegawai negeri, karyawan swasta, pelajar, mahasiswa, tokoh agama, hingga lembaga adat wajib menggunakan Noken. Tujuannya jelas: melestarikan Noken sebagai warisan budaya, menumbuhkan kebanggaan generasi muda, memberdayakan mama-mama Papua, serta mendorong pariwisata dan ekonomi lokal.
Pemerintah provinsi, kabupaten, dan kota di Tanah Papua menjadi penentu kebijakan melalui Perda atau Keputusan Kepala Daerah. Masyarakat Papua, mulai dari pelajar, mahasiswa, ASN, pekerja swasta, tokoh adat, hingga tokoh agama adalah bagian dari gerakan ini. Mama-mama Papua, pengrajin Noken, akan merasakan dampak langsung berupa peningkatan permintaan.
UNESCO pada tahun 2012 telah menetapkan Noken sebagai Warisan Budaya Takbenda. Usulan ini mendorong agar setiap Jumat ditetapkan sebagai Hari Khusus Noken. Selain itu, momentum tahunan bisa dilakukan pada 4 Desember, tanggal pengakuan dunia atas Noken.
Hari Khusus Noken berlaku di seluruh Tanah Papua. Baik di kantor pemerintahan, sekolah, universitas, lembaga adat, gereja, perusahaan swasta, hingga komunitas masyarakat di perkotaan maupun kampung. Semua orang terlibat tanpa terkecuali.
Pelestarian budaya Noken adalah identitas orang Papua. Identitas ini semakin tergerus arus modernisasi. Karena itu, langkah pelestarian dengan kekuatan hukum menjadi sangat penting.
Dasar hukum usulan ini jelas. Mulai dari Perdasus Papua No. 16 Tahun 2008, UU No. 5 Tahun 2017, PP No. 106 Tahun 2021, hingga Permendikbud No. 10 Tahun 2014. Aturan ini memperkuat legitimasi gerakan Hari Khusus Noken.
Pemberdayaan ekonomi lokal menjadi dampak positif. Mama-mama Papua pengrajin Noken akan memiliki pasar yang lebih luas. Selain itu, pariwisata budaya juga akan semakin berkembang.
Noken bisa menjadi daya tarik unik bagi wisatawan. Makna sosial dan spiritual Noken pun kian ditegaskan. Noken melambangkan kehidupan, kebersamaan, dan kebanggaan sebagai orang Papua.
Pemerintah daerah perlu menetapkan aturan resmi berupa Peraturan Daerah atau Keputusan Gubernur, Bupati, dan Walikota. ASN, pelajar, mahasiswa, dan pekerja swasta wajib menggunakan Noken setiap hari Jumat. Sekolah dan kampus juga memasukkan materi budaya Noken dalam kurikulum lokal.
Lembaga adat, gereja, dan komunitas budaya turut serta mempromosikan. Pemerintah wajib menyediakan dukungan ekonomi, pelatihan, dan pemasaran bagi pengrajin Noken. Sinergi ini akan memastikan Noken tetap hidup di tengah masyarakat.
“Kalau semua orang diwajibkan pakai Noken, kami bisa dapat banyak pesanan. Itu membantu kami hidup,” kata seorang mama penjual Noken di Pasar Youtefa, Jayapura. Baginya, Noken bukan hanya kerajinan tangan, tetapi juga sumber ekonomi keluarga dan simbol harga diri perempuan Papua.
Dengan Hari Khusus Penggunaan Noken, Papua tidak sekadar menjaga tradisi. Papua juga mengirim pesan kepada dunia. Pesannya adalah: “Kami bangga menjadi Papua, kami bangga memakai Noken.”