NABIRE, JELATANEWSPAPUA.COM – Langkah tak biasa dilakukan Bupati Nabire sebelumnya, Bupati Mesak Magai, yang menembus wilayah terisolir di Distrik Dipa, Kabupaten Nabire. Dalam video dan foto yang viral pada Kamis (20/06), tampak Bupati Mesak mengunjungi Kampung Higikebo, sebuah kampung kecil di balik Pegunungan Weyland yang dikenal sebagai salah satu kawasan pedalaman di Papua Tengah.
Wilayah ini, menurut catatan Gereja Katolik Keuskupan Timika, merupakan salah satu stasi dari Paroki Kristus Penebus Timeepa. Jarak tempuh dari Timeepa ke Higikebo memakan waktu 3 malam dan 4 hari dengan berjalan kaki, melewati jalur pegunungan yang menantang.
Langkah ini mendapat sambutan hangat dari Pemuda Katolik Komisariat Daerah (KOMDA) Papua Tengah yang memberikan apresiasi dan dukungan moral kepada Bupati Mesak Magai.
“Kami melihat ada nuansa pelayanan yang tidak biasa, yang belum pernah dilakukan oleh pemimpin sebelumnya. Kunjungan ini menunjukkan kepedulian nyata terhadap rakyat di wilayah yang paling terisolir,” tulis Pemuda Katolik dalam siaran pers yang diterima media ini.
Mereka juga menyatakan bahwa meskipun kunjungan ke wilayah seperti itu adalah bagian dari tanggung jawab kepala daerah, namun kehadiran langsung di tengah masyarakat terpencil memiliki nilai reflektif dan menjadi teladan pelayanan dari pinggiran.
Selain membawa pesan simbolis, dalam kunjungan tersebut Bupati Mesak juga menyerahkan bantuan dana tunai guna mendukung peresmian sebuah gereja Katolik di Kampung Higikebo. Bantuan ini diterima langsung oleh pewarta awam setempat, Yakob Wakei.
Yakob Wakei merupakan figur penting di Kampung Higikebo. Lulusan SMA YPK Biak tahun 1986, ia memilih pulang ke kampung untuk menjadi pewarta dan katekis. Hingga kini, ia tetap setia melayani umat tanpa menerima jabatan pemerintahan maupun ikut dalam kontestasi politik meskipun sempat ditawari masyarakat untuk menjadi calon anggota DPRD.
“Kami ikut sedih sekaligus bangga melihat Bapak Bupati berjumpa langsung dengan Pewarta Yakob Wakei. Sosok yang menginspirasi karena tetap memilih melayani umat meski hidup dalam keterbatasan,” lanjut siaran tersebut.
Menurut data Gereja Katolik, hanya tiga imam yang pernah mengunjungi kampung tersebut sejak 1970-an, yakni Pastor Frans Rouzen OFM (1974), Pastor Jan Peteers OFM (1978), dan Pastor Rufinus Madai Pr (2018). Selebihnya, umat di sana harus berjalan kaki ke Timeepa untuk mengikuti Perayaan Natal dan Paskah setiap tahun.
Di akhir pernyataannya, Pemuda Katolik Papua Tengah menyampaikan tekad untuk terus mengawal kebijakan dan pelayanan publik yang berpihak kepada rakyat kecil, khususnya mereka yang hidup dalam keterpencilan.
“Pro Ecclesia et Patria – Demi Gereja dan Tanah Air. Kami akan terus mengawal pelayanan yang baik, terutama yang menyentuh masyarakat di kampung-kampung,” tutup siaran pers tersebut.