NABIRE, JELATANEWSPAPUA.COM – Kericuhan terjadi di Pasar Karang Tumaritis, Kabupaten Nabire, Papua Tengah, pada Kamis (26/6), yang mengakibatkan tiga warga menjadi korban, satu di antaranya meninggal dunia. Menanggapi peristiwa tersebut, Dewan Perwakilan Rakyat Papua Tengah (DPRPT) mempertanyakan kinerja Kapolres Nabire.
Ketua Komisi II DPR Papua Tengah, Paulus Mote, menyayangkan tindakan aparat yang dinilai berlebihan dalam merespons situasi di lapangan.
“Seharusnya polisi bisa mengamankan warga yang mengonsumsi minuman keras dengan cara yang manusiawi, bukan dengan kekerasan yang berujung pada hilangnya nyawa,” kata Mote, kepada media ini, Kamis (26/6).
Baca Juga: Ricuh di Pasar Karang Tumaritis Nabire, Satu Warga Tewas, Dua Lainnya Tertembak
Ia menilai polisi gagal mengendalikan situasi di Pasar Karang, terutama terhadap sekelompok pemuda yang sedang mengonsumsi minuman keras.
Kronologi Kejadian
Peristiwa bermula ketika tujuh pemuda dilaporkan mengonsumsi miras di sekitar Pasar Karang Tumaritis sejak pagi hari. Salah satu di antaranya membawa sebilah parang panjang dan melukai temannya sendiri, hingga memicu keributan.
Tim Dalmas Polres Nabire tiba di lokasi dan menangkap pemuda yang membawa parang tersebut. Namun, proses penangkapan tersebut memancing emosi rekan-rekannya yang berada di bawah pengaruh alkohol. Sebagian dari mereka diduga melempar batu ke arah aparat.
Aparat kepolisian kemudian melakukan penyisiran ke wilayah permukiman warga di sekitar Pasar Karang, termasuk Karang Barat dan Grimulyo. Dalam operasi tersebut, polisi diduga menggunakan gas air mata serta senjata api, yang mengakibatkan warga sipil menjadi korban.
Korban Jiwa dan Luka
Berdasarkan informasi dari sejumlah sumber di lokasi kejadian, berikut ini adalah daftar korban:
1. Eko Ikomou, Meninggal dunia. Ia dilaporkan dianiaya di depan rumahnya oleh aparat saat baru pulang membeli minyak goreng. Jenazahnya kini berada di RSUD Nabire. Eko merupakan lulusan baru dari Universitas Sains dan Teknologi Wilayah Timur Indonesia (Uswim) Nabire, dan dikenal sebagai pribadi yang ramah dan sopan.
2. Manu Mote, Mengalami luka tembak di lengan kiri saat pulang dari pasar setelah membeli jagung. Saat ini menjalani perawatan di RSUD Nabire.
3. Apedius Kayame, Ditembak di bagian kaki di Jalan Asismail, tepat di depan Gereja Efata. Saat ini juga dirawat di RSUD Nabire.
Pihak kepolisian mengklaim telah mengamankan lima orang yang terlibat dalam keributan. Namun, penyisiran terhadap warga yang tidak terlibat langsung dalam insiden tersebut menuai kritik tajam.
Tuntutan Keluarga Korban
Hingga Kamis malam, keluarga korban mendatangi RSUD Nabire dan mendesak Kapolres Nabire bertanggung jawab atas tindakan aparat yang dinilai brutal dan melanggar prosedur.
“Kami menuntut keadilan dan pertanggungjawaban atas kematian Eko serta luka-luka yang dialami Manu dan Apedius,” kata perwakilan keluarga korban.
Paulus Mote juga meminta agar dua warga yang saat ini masih ditahan segera dibebaskan. Ia menekankan pentingnya penanganan secara persuasif dan berlandaskan kemanusiaan dalam setiap operasi kepolisian.