DOGIYAI, JELATANEWSPAPUA.COM – Koordinator Solidaritas Rakyat Papua (SRP) Dogiyai, Benny Goo, menyerukan peran aktif mahasiswa dan pelajar sebagai ujung tombak perjuangan rakyat.
Seruan itu disampaikan dalam aksi damai di halaman Kantor Bupati Dogiyai, Jumat (04/07).
Benny mengajak seluruh elemen masyarakat agar menjaga harga diri orang asli Papua. Ia menekankan bahwa masa depan rakyat tergantung pada suara dan tindakan hari ini.
“Mahasiswa, pemuda, dan rakyat yang tersisa harus berjuang untuk kehidupan masa depannya,” kata Benny dalam orasinya. “Kalau hari ini kita tidak bertindak, maka kita hanyalah tinggal nama.”
Benny memperingatkan soal bahaya jika elit lokal terus mendorong Program Strategis Nasional (PSN). Ia menilai PSN hanya akan merugikan rakyat Papua dalam jangka panjang.
“Beberapa tahun kemudian orang Papua hanya akan tinggal dalam cerita dongeng,” tegasnya. “Akan ada cerita bahwa tanah ini dulu milik orang berambut keriting.”
Karena itu, Benny menyerukan pemuda yang tersisa untuk menyuarakan masa depan mereka. Ia menegaskan bahwa diam berarti membiarkan sejarah dan identitas hilang.
Sebagai koordinator SRP Dogiyai, ia menyatakan sikap tegas menolak semua bentuk tawaran sepihak dari Jakarta. Benny menilai tawaran itu justru mengancam keberadaan ras Melanesia di atas Tanah Papua.
“Sikap SRP jelas, kami dari dulu tolak tawaran Jakarta,” ujar Benny. “Termasuk tolak pemekaran DOB, perusahaan ilegal, dan pendropan militer besar-besaran.”
Ia juga mengkritik pihak-pihak yang mendukung pemekaran wilayah Mapia Raya. Menurutnya, Dogiyai tidak punya tanah kosong yang bisa dijual sembarangan.
“Tanah bagi SRP adalah mama, harus diwariskan, bukan dijual,” tegasnya. “Tanah itu untuk generasi berikutnya, bukan untuk kepentingan elit sesaat.”