DOGIYAI, JELATANEWSPAPUA.COM – Para Pelajar dan Mahasiswa-Mahasiswi Asal Dogiyai yang tersebar di berbagai kota di Indonesia menyatakan sikap menolak rencana pemekaran daerah otonomi baru [DOB] Mapia Raya, kehadiran Perusahaan Ilegal serta Pendropan Militer di wilayah Papua.
Penolakan ini akan disuarakan melalui Aksi Damai yang rencananya akan digelar pada jumat, 4 Juli 2025, dengan titik kumpul terakhir di Kantor Bupati Kabupaten Dogiyai, Papua Tengah.
“Pemekaran bukan solusi bagi kesejahteraan masyarakat Papua. Justru, ini merupakan bagian dari proyek politik yang mengarah pada perampasan tanah adat dan bentuk baru penjajahan terhadap rakyat Papua,” tulis mereka dalam undangan yang dibagi di Mowanemani.
Tolak Perusahaan Ilegal dan Pendropan Militer
Selain menyoroti pemekaran wilayah, para Pelajar dan mahasiswa juga mengecam Kehadiran Perusahaan-perusahaan Ilegal yang dinilai telah Merusak Lingkungan dan Menggusur Tanah Ulayat tanpa persetujuan masyarakat adat.
Mereka juga menyatakan keberatan terhadap Intensifikasi Militerisasi di wilayah Papua yang justru menambah ketegangan sosial dan membatasi ruang demokrasi.
“kami menolak kehadiran perusahaan ilegal yang mengeruk sumber daya tanpa menghormati hak-hak masyarakat adat, serta pendropan militer yang hanya menambah trauma dan ketakutan di tengah rakyat,” lanjut dalam undangan itu.
Aksi Damai dengan Format Long March
Aksi yang diberi tajuk “Tolak Wacana Pemekaran DOB Mapia Raya, Perusahaan Ilegal dan Pendropan Militer di Tanah Papua” akan digelar dalam bentuk Long March, dengan peserta bergerak dari sejumlah titik menuju Kantor Bupati Dogiyai sebagai lokasi sentral penyampaian aspirasi.
“Kami berdiri atas nama Keadilan, Hak Hidup, dan masa depan Generasi Muda Papua. aksi ini adalah suara Rakyat yang ingin didengar,” tegas dalam selebaran mereka.
Desakan Evaluasi dan Dialog Terbuka
Para Pelajar dan Mahasiswa juga mendesak pemerintah pusat dan daerah untuk menghentikan proses pemekaran yang tidak melibatkan rakyat secara partisipatif, serta membuka ruang Dialog yang Adil dan terbuka bersama Masyarakat Adat, Pemuda, dan Mahasiswa.
Aksi ini diharapkan tidak hanya menjadi momentum penyampaian aspirasi, tetapi juga sebagai pengingat bagi para pemangku kebijakan bahwa setiap kebijakan yang menyangkut masa depan Papua harus didasarkan pada keadilan, transparansi, dan penghormatan terhadap hak-hak Masyarakat Adat.