Penulis, P. Sugiyatanggu Pr.
Papua umumnya dan Papua Tengah khususnya sedang memasuki medang perang demokrasi politik. Dalam demokrasi politik dapat diterjemahkan bahwa politik demokrasi akan menghasilkan kebaikan dalam berpolitik maupun membuat melahpetaka dalam berpolitik demokrasi.
Baca Juga: Hari Ke-5 KYD, Menggali Potensi Orang Muda Katolik melalui Lomba Outdoor
Demokrasi politik yang mengedepankan dua situasi yakni kebaikan dalam berpolitik dan membawa malapetaka dalam berpolitik demokrasi. Dua situasi inilah yang setiap paslong gubernur, walikota dan bupati serta para pendukun baik partai maupun masa rakyat akan siasati.
Tentu dalam memainkan politik para pendukung atau para pemain politik akan saling menjatuhkan, mencemooh dan lain sebagaiannya untuk calon lawan politik. Maka setia pribadi seharusnya memahami arti dan tujuan demokrasi politik yang sesungguhnya.
Baca Juga: MYD Digelar 3 Hari sebagai Tindak Lanjut KYD
Tujuan demokrasi adalah memberi hak kepada rakyat yang memiliki kedaulatan. Rakyat amat diberi wewenang. Rakyat memilih wakil rakyat dengan hati nurani yang bebas serta memilih karena wakil rakyat yang akan memberi kontribusi membangun dalam segala bidang kehidupan bagi rakyat. Maka kewenangan demokrasi politik seharusnya memberikan kebebasan bagi rakyat untuk memilih pemimpin yang di idolakan.
Dengan demikian siapa pun dia tidak diperbolehkan mengarahkan kebebasan berpolitik rakyat untuk menentukan wakil rakyat.
Baca Juga: Hari Ke-5 KYD, Menggali Potensi Orang Muda Katolik melalui Lomba Outdoor
Politik dalam bahasa Yunani adalah polis yang artinya tata negara. Namun arti lain politik adalah tata cara merebut kekuasaan untuk menata negara dalam kebijakan penentu pelayanan rakyat. Dalam politik tentu diterjemahkan dua hal yakni hal positif dan negatif dalam kebijakan oleh pribadi dan kelompok. Maka politik yang diharapkan adalah membangun politik untuk kepentingan bersama yang baik.
Sementara demokrasi politik adalah sistim politik yang membangun karena diberi kebebasan kepada rakyat memilih wakil mereka yang dapat memahami semua sistim yang dibutukan rakyat dan sebuah kepemimpinan yang dipercayakan. Dengan demikian demokrasi politik mengingatkan para pemangku politik dan calon gubernur, bupati dan walikota untuk bertanding demokrasi politik dalam koridor demokrasi dan politik dalam arti yang sebenarnya.
Baca Juga: Misa Pembukaan KYD, Pastor Rufinus Madai Ajak Utamakan Pendidikan
Papua umumnya Papua dan Papua Tengah khususnya sudah mulai memasuki pesta demokrasi politik. Dengan adanya bakal calon gubernur, bupati dan walikota yang telah mendaftarkan diri di KPUD provinis maupun kabupaten. Begitu pun mulai tercium suasan demokrasi politik yang panas. Masing-masing kandidat sudah mulai orasi perkenalkan diri dan masing-masing pendukung juga sudah mulai melakukan kampanye politik di berbagai media sosial untuk beropini atau memberi keterangan hebatnya untuk calonnya.
Namun juga mulai saling menjatuhkan calon kandidat yang tidak disukai. Situasi Ini tentu akan semakin memperhatinkan. Kenapa? Karena bukan hanya memberi keterangan baik kepada calon pemimpin yang diidolakan tetapi juga mulai bangun isu SARA untuk calon lain.
Dengan melihat situasi diatas mengenai adanya isu sarah demokrasi politik, maka penulis mencoba menawarkan beberapa pesan dalam tulisan ini agar rakyat dan para pemangku politik tidak salah terjemahkan situasi demokrasi politik dalam lingkup otonomi di Papua.
Baca Juga: Sejarah Singkat Goa Jepang di Biak, Papua
1. Papua adalah pulau istimewa dengan adanya otonomi khusus (Otsus) yang diberikan oleh NKRI maka gunakan Otsus itu dengan baik dan benar. Otonom yang dimengerti dalam demokrasi politik adalah orang Papua berhak mencalonkan diri sebagai wakil rakyat dalam 6 provinis. Otonom diberikan untuk Papua satu pulau bukan beda-bedakan Papua lagi. Otonom yang kedua sistim coblos dan sistim noken untuk memilih wakil rakyat. Terjemahkan baik agar sistim demokrasi politik amat terasa oleh rakyat Papua.
2. Hilangkan isu negatif terhadap calon tertentu tetapi cobalah memberikan keterangan bijak agar rakyat Papua menentukan wakil rakyatnya demi lima tahun ke depan.
3. Para penyelenggara adalah wasit bukan pemain dalam pemilihan wakil rakyat ini. Jangan salah gunakan kewenangan akhirnya suara rakyat dipermainkan. Suara rakyat adalah surat Tuhan.
4. Hilangkan sikap dendam karena politik demokrasi adalah sarana merebut kursi jabatan, bukan sarana dendam seumur hidup.
5. Semua yang maju adalah putra dan putri terbaik Papua umumnya dan khususnya. Maka kita beri apresiasi, doa lewat suara sesuai suara hati rakyat.
6. Menjaga keamana dalam demokrasi politik ini. Ingat OAP rawan konflik saat pesta demokrasi. Doa para pendeta dan pastor serta para haji agar Papau tidak ada korban nyawa saat pilkada berlangsung hingga pelantikan.
7. Dan siapa yang terpilih dan menang adalah pemimpin kita bersama siap terima kalah dan menang. Itulah OAP atau rakyat Papua sudah merdeka dalam berpolitik dan matang dalam demokrasi berpolitik.
8. Bila setia pribadi memahami arti dan tujuan demokrasi dan politik maka papua umumnya dan khususnya akan selenggarakan pesta demokrasi dengan aman dan adil.
Selamat buat para calon wakil rakyat yang sedang siap bertarung untuk menjadi wakil rakya di enam Provinsi di Papua. Siap terima menang dan kalah karena dalam sebuah pertandingan ada menang dan ada kalahnya.
Perlawanan bukan melawan darah dan daging tetapi perlawanan pemerintahan yang gelap agar bisa menghasilkan terang (Bdk. Efesus, 6:12). Ayat kitab suci ini mengunggah sekali bahwa demokrasi politik adalah sebuah pertandingan untuk kebijakan baik bagi rakyat. Juga bagian dari melawan pemerintahan sebelumnya yang kekurangan maka siapa yang terpilih dialah yang akan menjadi pemimpin yang menjaga terang bagi rakyat dengan melakukan pembangunan yang menyentuh rakyatnya.
Baca Juga: Puluhan Siswa Kelas III SMA Arak Bintang Kejora di Nabire
Selamat berjuang para calon wakil rakyat, elit politik dan pendukung para wakil rakyat sebelum merebut kursis kepemimpinan gubernur, bupati dan wali kota.
Penulis adalah: Imam Katolik di Keuskupan Timika