NABIRE, JELATANEWSPAPUA.COM – The Papua Journal (TPJ) merayakan hari jadinya yang ketiga pada Jumat, (12/09). Sejak berdiri pada 12 September 2022, media ini konsisten menghadirkan berita, opini, karya sastra, serta refleksi tentang Tanah Papua.
Selama tiga tahun perjalanannya, TPJ menjadi ruang bersama bagi masyarakat Papua untuk berbagi suara, pengalaman, dan gagasan. Berbagai karya telah dipublikasikan, mulai dari artikel politik, hukum, ekonomi, hingga puisi, cerpen, esai sastra, analisis isu nasional dan internasional, serta tulisan reflektif dari generasi muda Papua.
Namun, perjalanan TPJ tidak sepenuhnya mulus. Sejak tahun lalu, Pemimpin Redaksi Aprila Wayar jatuh sakit dan hingga kini masih dalam masa pemulihan. Kondisi ini berdampak pada lambatnya ritme kerja redaksi.
Tantangan semakin berat ketika pada 1 Desember 2024, TPJ mengalami serangan digital berupa DDoS yang membuat situs mereka tidak dapat diakses hingga saat ini. Akibat gangguan itu, penerimaan tulisan publik terpaksa dihentikan sementara.
Meski menghadapi ujian berat, TPJ menegaskan tidak akan berhenti menyuarakan Papua. Redaktur TPJ, Manfred Kudiai, menekankan bahwa semangat perjuangan tetap menyala.
“TPJ tetap berdiri untuk menjaga ruang bersama bagi suara-suara yang jarang didengar dari Papua. Tantangan kesehatan pimpinan redaksi dan serangan siber memang berat, tetapi bukan alasan untuk menyerah. Kami berupaya agar situs dapat pulih, lebih aman, dan kembali mengudara,” ujarnya melalui keterangan pers, Jumat (12/09).
Dalam momentum ulang tahun ketiga ini, Manfred juga mengajak masyarakat, penulis, dan pembaca untuk terus memberikan dukungan, baik moral maupun teknis.
“Dukungan bisa berupa doa untuk kesembuhan Aprila Wayar, bantuan teknis terkait keamanan digital, maupun penyebaran karya agar TPJ tetap hadir di tengah masyarakat,” harapnya.
The Papua Journal lahir pada 12 September 2022 sebagai media alternatif yang dikelola jurnalis muda Papua. Sejak awal, TPJ memusatkan perhatiannya pada isu sastra, sejarah, seni, politik, dan realita sosial di Tanah Papua, menjadikannya salah satu ruang penting bagi ekspresi masyarakat Papua di era digital.