ADVERTISEMENT
  • Home
  • Berita
    • Internasional
    • Nasional
    • Papua
    • Pelosok
  • Artikel Opini
  • Hukum HAM
  • Kesehatan
  • Lingkungan
  • Pendidikan
  • Pers RIlis
  • Ragam
  • Religi
  • Seni Budaya
  • Sosial Ekonomi
  • Wawancara
JELATA NEWS PAPUA
JELATA NEWS PAPUA
  • Home
  • Ragam

    MRP Provinsi Papua Tengah Gelar KKR Seruan Damai di Kabupaten Paniai, Papua Tengah

    Tim Pencaker Kode R Papua Tengah Desak Pemerintah Prioritaskan CASN OAP

    KORMI Mimika Sukses Gelar Gar Free Day, Warga Antusias Nikmati Olahraga & Hiburan 

    Ikuti HAN 2025 di Nabire, Ini Pesan Ny. Tri Tito Karnavian

    Tutup Raker dan Musorprov KONI Papua Tengah, Gubernur: Kami Siap Bekap Ketua Terpilih

    Pemda Kabupaten Paniai Resmi Launching Festival Danau Paniai

    Segera Hentikan Operasi Tambang Emas Ilegal di Kampung Mogodagi

    1 Mei Bagi Papua Hari Aneksasi, Bukan Integrasi

  • Berita
    • All
    • Internasional
    • Nasional
    • Papua
    • Pelosok

    Tani Merdeka Papua Tengah Bidang Peternakan gelar Sosialisasi, Empat Distrik di Nabire Jadi Sasaran

    GAPENSI Langkat Minta APH Segera Periksa Kadis PUTR Langkat

    Pemerintah Distrik Kamu Berdayakan Pemuda Melalui Kelompok Jasa Babat Rumput

    PAPERA Nabire Gelar Sosialisasi, Yulibom Gobai: Bangkitkan Semangat Wirausaha Lokal

    Puskesmas Ugapuga Gelar Mini Lokakarya Lintas Sektoral, Dorong Akreditasi Pelayanan Kesehatan di Kamuu Timur

    Koalisi Penegak Hukum dan HAM Papua Desak Negara Ungkap Keberadaan Aristoteles Masoka yang Hilang 24 Tahun Lalu

    YKKMP: Dua Warga Diduga Dihilangkan Secara Paksa Pasca Operasi Militer di Lanny Jaya

    Forum Independen Mahasiswa West Papua Kecam Militerisasi dan Eksploitasi di Tanah Papua

    Sosialisasi Pendataan Dimulai, Yulius Uti Bangun Kekuatan Petani Lagari Jaya, Nabire 

  • Artikel Opini
    • All
    • Startup

    Victor Yeimo: Evaluasi Kritis 63 tahun UNCEN: Pengetahuan, Kekuasaan, dan Penjajahan

    Rambut Putih, Cahaya Tak Padam: Kesaksian Elias tentang Pastor Nato Gobay

    Sagu: Sumber Kehidupan dan Identitas Budaya Masyarakat Sentani

    Satu Abad Nubuat I.S Kijne, Victor Yeimo : Papua Hanya Akan Bangkit Bila Memimpin Dirinya Sendiri

    Festival Budaya Paniai: Menyalakan Kembali Api Warisan Leluhur

    Dari Jalanan Menuju Kepemimpinan: Bupati Paniai Dekat dengan Anak-Anak Jalanan

    Aktivis Kemanusiaan Papua : Orang Papua Ingin Merdeka di Atas Tanahnya Sendiri

    Belajar dari Beberapa Perempuan Pondasi Gereja dan Bangsa

    Sejarah Mencatat: Yampit Nawipa Hadirkan Artis Legendaris PNG di Ajang HUT Paniai Ke-29

  • Hukum HAM

    Koalisi Penegak Hukum dan HAM Papua Desak Negara Ungkap Keberadaan Aristoteles Masoka yang Hilang 24 Tahun Lalu

    YKKMP: Dua Warga Diduga Dihilangkan Secara Paksa Pasca Operasi Militer di Lanny Jaya

    Forum Independen Mahasiswa West Papua Kecam Militerisasi dan Eksploitasi di Tanah Papua

    SKP Se-Papua Serukan Hentikan Operasi Militer dan Evaluasi Proyek Strategis Nasional di Tanah Papua

    Anak Kecil Ditembak TNI di Intan Jaya, Masyarakat Bergerak Selamatkan Korban Ke RUSD

    Kontak Tembak di Intan Jaya, 3 Anggota TPNPB Tewas, Warga Mengungsi

    Tim Kemanusiaan Papua Ungkap Dugaan Penghilangan Paksa dan Krisis Pengungsi di Lanny Jaya

    Rakyat Intan Jaya Gelar Aksi Damai Tuntut Pengusutan Kasus “Soanggama Berdarah”

    PK Papua Tengah Desak Gubernur dan Menteri HAM Tangani Krisis Kemanusiaan di Intan Jaya

  • Kesehatan

    Sosialisasi HIV/AIDS di GPDI Enarotali: Gereja dan KPA Paniai Bersatu Menangkal Stigma dan Meningkatkan Kesadaran Umat

    Bupati Dogiyai Teken Komitmen Akreditasi RSUD Pratama Dogiyai

    Kerawam Teluk Cenderawasih Gelar Seminar Kesehatan Bahas Dampak Makanan dan Minuman Kemasan

    Misi Kemanusiaan dari Rumah Tuhan: KPA Paniai Sosialisasi HIV/AIDS di Gereja GKI Jemaat Betlehem Madi 

    Warga Keluhkan Pelayanan RSUD Paniai: “Tidak Seperti Dulu Saat dr. Agus Pimpin”

    KPA Paniai dan KPA Provinsi Papua Tengah Gelar Konsolidasi Supervisi Program Kerja Sinergi Penanggulangan HIV/AIDS

    KPA Paniai Gelar Penyuluhan HIV/AIDS bagi Temu Pembina Sekami di Paroki KSP Dauwagu Dekenat Paniai 

    KPA Paniai Gelar Pemeriksaan Massal HIV/AIDS di Lingkungan Pemerintah Kabupaten: Yampit Nawipa Ajak Semua Pihak Peduli Kesehatan

    Dinkes Deiyai Salurkan Obat dan Alat Kesehatan ke Distrik Bowobado dan Kapiraya Lewat Helikopter

  • Lingkungan

    Tani Merdeka Papua Tengah Bidang Peternakan gelar Sosialisasi, Empat Distrik di Nabire Jadi Sasaran

    Sosialisasi Pendataan Dimulai, Yulius Uti Bangun Kekuatan Petani Lagari Jaya, Nabire 

    Kepala Distrik Tigi Timur, Yulianus Doo Dapat Pujian Warga Usai Bantu Orang Tua Tak Berdaya

    PAPERA Kabupaten Deiyai Gelar Sosialisasi Bersama Masyarakat

    Kadis Kamuu Selatan Tinjau Muara Kali Edege, Bupati Dogiyai Rekrut Honorer Pembersih Sampah

    Tani Merdeka Deiyai Mulai Sosialisasi Perdana di Distrik Tigi Timur

    KNPB Tanggapi Pernyataan Jubir TPNPB Sebby Sambom: Serukan Persatuan, Tolak Perpecahan

    Ketua DPW Tani Merdeka Papua Tengah Tegaskan Pentingnya Kepatuhan Hukum dan Etika Pelayanan Publik

    Mubes Ke-VII IPPMMAPI Se-Nabire Berjalan Sukses, Lahirkan Semangat Baru Generasi Piyayita

  • Pendidikan

    Dari Rumah Pribadi ke Sekolah Negeri: Perjuangan Panjang TK Waikato Paapaa Aikai Akhirnya Berbuah Manis

    TK Negeri Waikato Paapaa Aikai Gelar Kegiatan Parenting dan Pembagian Seragam untuk Peserta Didik

    Kemendikdasmen Resmi Buka Seleksi PPG Calon Guru 2025, Pendaftaran Dimulai 14 Oktober

    Sistem Pendidikan Era Otsus di Tanah Papua

    Peran Guru Dalam Mengelola Kurikulum Deep Learning Berbasis Kontekstual Papua

    Kepala Kampung Idakotu Salurkan Bantuan Dana untuk Siswa SMKN 1 Dogiyai

    Ambrosius Tigi Salurkan Beasiswa untuk Pelajar dan Mahasiswa Asal Kampung Kimupugi

    Kisah Inspiratif Yapen Halerohon: Dari Poik Hingga Meraih Gelar Sarjana di Universitas Jenderal Soedirman

    IPMKY Merauke Kecam Tindakan Rasisme yang Picu Kerusuhan di Yalimo

  • Religi

    Biro Pemuda Klasis Nabire Gelar Ibadah Bulanan, Pengkhotbah: Ajak Pemuda Bertobat Sebelum Hari Penghakiman

    Perayaan HUT ke-16 Jemaat Pos PI Maranatha Gereja Kingmi Berlangsung Penuh Sukacita dan Kebersamaan

    Pemda Fakfak Dukung Perayaan 132 Tahun Misi Katolik di Tanah Papua

    Pembinaan Karakter dan Iman, Paroki KSP Dakabo Jadi Tuan Rumah Temu Pembina SEKAMI Dekenat Paniai 

    Pemuda Gereja Kingmi di Tanah Papua Rayakan 50 Tahun Biro Pemuda-Pemudi Klasis Kamuu

    Panitia Perayaan 132 Tahun Misi Katolik di Tanah Papua Resmi Terbentuk

    MRP Pokja Agama Serukan “Tetodei” di Dogiyai: Damai Harus Datang dari Hati Masyarakat Sendiri

    Perjuangan Yang Panjang Akhirnya Uskup Manokwari-Sorong Resmikan Gereja Santo Yoseph Pekerja Brongkendik

    FKUB Kab. Dogiyai Salurkan Bantuan untuk Gereja Katolik Stase Sta. Maria Magdalena Putapa

  • Video
No Result
View All Result
JELATA NEWS PAPUA
No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
  • Artikel Opini
  • Internasional
  • Nasional
  • Papua
  • Pelosok
  • Hukum HAM
  • Kesehatan
  • Lingkungan
  • Pendidikan
  • Pers RIlis
  • Ragam
  • Religi
  • Seni Budaya
  • Sosial Ekonomi
  • Wawancara
Home Artikel Opini

Rambut Putih, Cahaya Tak Padam: Kesaksian Elias tentang Pastor Nato Gobay

by Redaksi
1 November 2025
in Artikel Opini, Sosok/Tokoh

Oplus_131072

0
SHARES
36
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Oleh : Elias Awekidaby Gobai, Pemuda Katolik di Keuskupan Jayapura/

Malam di Pastoran Kristus Raja Siriwini, Nabire, biasanya sunyi. Angin dari laut mendorong tirai tipis, lampu neon di ruang tengah menggantung redup di antara tumpukan buku dan map laporan. Pada suatu malam tahun 2014 menjelang 2015, suasana tenang itu menjadi saksi sebuah percakapan yang sederhana tapi membekas seumur hidup.

Elias, seorang muda yang sedang libur, datang berkunjung. Ia tidak bermaksud mencari wejangan. Ia hanya ingin menyapa dan menghabiskan waktu di pastoran yang ia kenal sejak kecil. Namun malam itu, tanpa ia sadari, ia sedang menapaki pelajaran filsafat hidup dari seorang imam yang kelak akan dikenang sebagai Vikaris Jenderal Keuskupan Timika, dan sebagai salah satu suara kebijaksanaan Papua: Pastor Natalis (Nato) Gobay, Pr.

Human & Safety

Ketika Elias melangkah masuk, ia melihat sesuatu yang tidak biasa: rak buku besar penuh debu di sudut ruangan, tumpukan dokumen MUBES, dan di tengahnya duduk Pastor Nato. Kacamata beliau melorot ke bawah hidung, rambut dan kumisnya sudah putih seluruhnya. Di tangannya terbuka sebuah buku tebal yang tampak usang di tepi, seperti sudah berkali-kali dibaca.

Elias menunduk, merasa kikuk. Ia tidak tahu harus menyapa bagaimana. Tiba-tiba suara pelan namun tajam memecah keheningan.

“Kamu lihat saya sedang buat apa?” tanya sang pastor tanpa mengangkat wajah.

Elias diam. Lalu suara itu datang lagi, kali ini lebih tegas, “Kamu lihat saya baik-baik, rambut saya putih, kumis saya putih. Tapi saya tetap membaca. Karena membaca mengajarkan kita memahami hidup. Kamu juga harus membaca, menulis, dan menjadikan itu bagian dari hidupmu.”

Kata-kata itu jatuh seperti biji yang kemudian tumbuh menjadi akar panjang di ingatan Elias. Saat itu ia tidak menjawab, hanya mengangguk. Tapi bertahun-tahun kemudian, setelah sang pastor tiada, kalimat itu terus terngiang: bahwa membaca bukan sekadar mencari tahu, melainkan cara mencintai kehidupan.

Sosok di Balik Kisah Ini : 

Pastor Nato Gobay bukan sekadar imam; ia adalah filsuf lapangan, yang menjembatani dunia rohani dengan dunia nyata. Lahir di tanah Papua dan ditahbiskan pada 13 Juni 1988 di Enarotali, ia adalah imam ketiga dari Suku Mee setelah Pastor Theo Makai dan Pastor Jeck Mote. Tahbisannya bertepatan dengan Pesta Emas 50 Tahun Imamat Pater Alphonse Tilemans, MSC, misionaris yang menanam benih Gereja di Paniai.

Sejak saat itu, perjalanan imamatnya menjelajahi banyak tempat: Di Kokonao, ia belajar hidup bersama umat pesisir, berbagi garam dan doa.

Di Biak, ia menanamkan semangat pendidikan kepada para katekis muda.

Di Bilogai, ia memimpin umat di tengah kabut gunung dan keterbatasan.

Di Nabire, ia menjadi pemikir pastoral, merancang Musyawarah Besar (MUBES) Gereja Kristus Raja Nabire, forum refleksi iman dan sosial umat Katolik Papua.

Sebagai imam, ia punya satu kebiasaan unik: selalu membawa buku di tas lusuhnya. Dalam misa, ia bisa mengutip Injil dan Plato dalam satu tarikan napas. Ia sering berkata pada katekis muda, “Kalau kamu berhenti membaca, kamu berhenti bertumbuh. Kalau kamu berhenti menulis, kamu berhenti mengingat.”

Bagi banyak orang, Pastor Nato adalah pembaca dunia orang yang melihat hidup seperti teks yang bisa ditafsirkan ulang setiap hari. Ia keras terhadap diri sendiri, tapi lembut terhadap umat. Ia tidak menyukai kemewahan, hanya meja kayu, secangkir kopi, dan waktu untuk membaca sebelum tidur.

Hidup Menjadi Pengajaran : 

Tahun 2014–2015 menjadi periode reflektif bagi Pastor Nato. Sebagai Vikjen/Wakil Uskup Keuskupan Timika, ia tidak hanya mengurus administrasi, tetapi juga menyiapkan MUBES Gereja Kristus Raja Nabire, yang ia anggap sebagai langkah teologis penting: menghidupkan partisipasi umat, membicarakan arah pastoral, dan meneguhkan kembali iman Katolik dalam konteks budaya Papua.

Ia mengatur rapat siang dan malam, menulis sendiri rancangan agenda, dan menolak membebankan biaya pada umat miskin. Setelah Mubes selesai, beliau berkata pada Elias dan beberapa rekan imam, “Saya akan ke Jayapura. Saya mau urus biaya supaya semua beres. Gereja tidak boleh punya utang pada umatnya.”

Itu adalah kalimat terakhir yang diingat banyak orang. Di Jayapura, tubuhnya mendadak lemah. Ia sempat dirawat, lalu menghembuskan napas terakhir. Berita kematiannya menyebar cepat: “Vikjen/Wakil Uskup Keuskupan Timika, Pastor Nato Gobay, telah pulang ke rumah Bapa.”

Namun bagi Elias, malam percakapan itu kembali datang. Rambut putih. Kacamata yang melorot. Kalimat yang dulu terdengar seperti teguran kini berubah menjadi testamen hidup: membaca adalah bentuk kesetiaan pada kehidupan itu sendiri.

Semua ini Terjadi : 

kenangan Elias berpusat di Pastoran Kristus Raja Siriwini, Nabire rumah kecil berlantai semen dengan aroma kertas tua. Di ruang tamu, ada rak buku setinggi dada berisi tulisan para teolog, dokumen Vatikan, majalah Mimbar Keadilan, dan catatan refleksi harian Pastor Nato.

Setiap lembar catatan ditulis rapi dengan tinta biru. Ada judul seperti “Tentang Membaca Sebagai Doa”, “Gereja dan Kebudayaan Mee”, hingga “Manusia Sebagai Kitab Tuhan”. Dari ruangan itulah, gagasan-gagasan pastoral Keuskupan Timika sering lahir.

Di sisi lain Nabire, di Gereja Kristus Raja, umat mengenang Mubes yang ia selenggarakan: forum besar di mana ratusan umat berdiskusi tentang pelayanan sosial, keadilan, dan tantangan moral. “Beliau bukan hanya imam, tapi penuntun jalan berpikir,” kata seorang suster senior yang hadir malam itu.

Bagi Elias, Nabire kini tidak lagi sama. Setiap kali ia melewati pastoran, ia masih bisa membayangkan suara sang pastor yang dalam dan tenang. Nabire menjadi ruang ingatan tempat di mana sebuah percakapan kecil mengubah arah hidup.

Kisah ini Penting :

Kesaksian Elias bukan sekadar kenangan pribadi. Ini adalah pintu masuk menuju filsafat hidup seorang imam Papua.

Pastor Nato Gobay percaya bahwa iman dan pengetahuan adalah dua sayap yang harus terbang bersama. “Kalau kita hanya berdoa tanpa belajar, kita mudah ditipu. Tapi kalau kita hanya belajar tanpa berdoa, kita akan kehilangan arah.”

Filosofinya Sederhana Namun Radikal:

  • Membaca adalah ibadah;
  • Menulis adalah kesaksian;
  • Mengajar adalah bentuk kasih.

Ia menganggap literasi sebagai jalan menuju pembebasan spiritual dan sosial. Dalam setiap misa di Bilogai dan Nabire, ia menyisipkan refleksi kecil tentang tanggung jawab intelektual umat. “Jangan tunggu orang Jakarta datang ajar kamu. Buka buku dan cari tahu sendiri apa artinya menjadi manusia Papua yang beriman.”

Di tengah arus dunia yang cepat dan gelisah, pesan itu terdengar seperti alarm yang lembut. Ia mengingatkan umat bahwa iman yang tidak berpikir akan mudah dibungkam oleh kekuasaan. Karena itu, Pastor Nato menjadikan setiap bacaan Injil, puisi, sejarah, laporan sosial sebagai alat untuk menyalakan kesadaran.

Kisah ini penting karena menegaskan bahwa Gereja bukan hanya altar dan liturgi, melainkan ruang belajar. Bahwa imam bukan hanya pengkhotbah, melainkan penulis sejarah umatnya. Dan bahwa kematian seorang imam bukan akhir, melainkan babak lanjut bagi pikiran yang ia tanamkan di hati umat.

Kisah ini Terus Hidup : 

Setelah kepergiannya, Keuskupan Timika kehilangan sosok yang dianggap penjaga nurani. Namun semangat Pastor Nato tetap bergaung. Umat di Nabire mendirikan pojok baca kecil di aula Gereja Kristus Raja dan menamainya “Ruang Pastor Nato Gobay”. Di sana, anak-anak membaca Alkitab, kisah rakyat Papua, dan buku-buku pendidikan.

Elias sendiri kini menulis setiap minggu renungan singkat yang ia kirim ke media paroki. Ia menulis bukan karena ingin terkenal, tapi karena ingin menepati pesan malam itu. “Bapa bilang: membaca dan menulis itu bagian dari hidup. Saya tidak mau melupakan itu.”

Dalam banyak pertemuan imam muda, nama Pastor Nato sering disebut sebagai contoh imam yang berpikir reflektif dan tetap dekat dengan rakyat. Ia tidak meninggalkan warisan uang atau gedung megah, tetapi meninggalkan cara berpikir.

Beberapa tulisannya kini disusun oleh rekan imam untuk dijadikan buku kecil berjudul “Iman yang Membaca”. Setiap halaman terasa seperti percakapan pribadi tajam, jujur, dan penuh kasih.

Refleksi Filosofis

Kesaksian Elias memperlihatkan tiga lapisan filosofi hidup Pastor Nato Gobay:

Pertama, Filsafat Pengetahuan

Ia percaya bahwa manusia diciptakan untuk terus memahami. Membaca adalah bentuk doa yang rasional. Dalam membaca, manusia menelusuri jejak Tuhan di setiap hal kecil: dari bahasa, sejarah, hingga luka sosial.

Kedua, Filsafat Kehidupan

Ia menolak pemisahan antara sakral dan profan. Baginya, bekerja di kantor keuskupan atau menyiangi kebun di Bilogai adalah tindakan spiritual jika dilakukan dengan cinta.

Ketiga, Filsafat Kematian

Ia melihat kematian bukan akhir pelayanan, tapi momen transendensi saat pengetahuan berubah menjadi cahaya bagi generasi berikutnya. Kata terakhirnya sebelum berangkat ke Jayapura, “Gereja tidak boleh punya utang pada umatnya,” menggambarkan integritas yang jarang ditemui: bahwa tanggung jawab adalah bentuk tertinggi dari kasih.

Cahaya dari Rambut Putih

Bagi Elias, kisah malam di pastoran itu kini seperti doa yang tidak pernah selesai.

Rambut putih, kumis putih, kacamata melorot, dan suara lembut namun tegas yang berkata “Membaca mengajarkan kita memahami hidup.”

Ketika ia menulis kesaksiannya bertahun-tahun kemudian, Elias menyadari bahwa malam itu bukan pertemuan biasa. Itu adalah panggilan batin untuk hidup dengan mata terbuka membaca dunia, menulis kebaikan, dan beriman dengan sadar.

Kini, setiap kali ia melihat buku terbuka, ia teringat wajah tua sang pastor. Di setiap lembar, ia mendengar kembali pesan abadi: bahwa Tuhan hadir bukan hanya di altar, tapi juga di setiap huruf yang kita baca dengan hati terbuka.

Pastor Nato Gobay mungkin telah tiada, namun kisah dan filosofi hidupnya tetap berdenyut di tanah Papua di antara halaman buku, di ruang kelas, di gereja-gereja kecil pegunungan, dan di hati orang-orang yang masih percaya bahwa membaca adalah cara paling jujur untuk mencintai kehidupan.

Sumber dan Rujukan : 

1. Kesaksian langsung Elias Gobay, Nabire 2014–2015.

2. Arsip Keuskupan Timika: Dokumen pentahbisan dan laporan MUBES Kristus Raja Nabire (2015).

3. Catatan pastoral Keuskupan Timika 1988–2023.

4. Wawancara umat Bilogai dan Biak (rekaman arsip paroki).

5. Pernyataan duka resmi Keuskupan Timika atas wafatnya Vikjen Pastor Nato Gobay, Pr.

6. Refleksi pribadi rekan imam: “Iman yang Membaca.”

Post Views: 298
Tags: Almarhum Pastor Nato GobaiCarita PendekTokoh Katolik
Previous Post

DPW dan DPD Tani Merdeka Papua Tengah Resmi Dilantik: Aser Yogi Tegaskan Komitmen Perjuangan Petani

Next Post

Mubes Ke-VII IPPMMAPI Se-Nabire Berjalan Sukses, Lahirkan Semangat Baru Generasi Piyayita

Redaksi

Redaksi

Next Post

Mubes Ke-VII IPPMMAPI Se-Nabire Berjalan Sukses, Lahirkan Semangat Baru Generasi Piyayita

Papua

Alamat Redaksi

Jl. Trans Nabire-Ilaga KM 200, Kampung Mauwa, Distrik Kamuu, Kabupaten Dogiyai, Papua Tengah.

Browse by Category

  • Artikel Opini
  • Berita
  • Hukum HAM
  • Internasional
  • Kesehatan
  • Lingkungan
  • Nasional
  • Olahraga
  • Papua
  • Pelosok
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pers RIlis
  • Politik
  • Puisi
  • Ragam
  • Religi
  • Sastra
  • Seni Budaya
  • Sosial Ekonomi
  • Sosok/Tokoh
  • Startup
  • Surat Terbuka
  • Video
  • Wawancara
  • Redaksi
  • Tentang JNP
  • Hubung Kami
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Pedoman Media Siber

Hak Cipta Jelata News Papua © 2024 All rights reserved

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
    • Internasional
    • Nasional
    • Papua
    • Pelosok
  • Artikel Opini
  • Hukum HAM
  • Kesehatan
  • Lingkungan
  • Pendidikan
  • Pers RIlis
  • Ragam
  • Religi
  • Seni Budaya
  • Sosial Ekonomi
  • Wawancara

Hak Cipta Jelata News Papua © 2024 All rights reserved