Oleh : Musa Pekei, S.IP
Prolog
Guru adalah seorang yang bekerja sebagai pendidik, pengontrol, pengevaluasi serta menjadi teladan yang hidup bukan “mematikan” bagi siswa. Menjadi guru di Papua memang tugas yang sangat berat. Diseluruh tanah Papua saat ini, sebagian guru tidak memaknai panggilan sebagai seorang dengan baik. Kebanyakan siswa setelah tamat tidak melanjutkan kuliah dengan baik. Maka setiap guru dituntut menjadi guru yang mampu memberikan pikiran, tenaga, dan waktu, serta konsisten sebagai seorang guru sampai akhir hayat. Bukan seorang menjadi kepalah dinas Kependudukan dan lain sebagainya, dan itu fakta di tanah Papua. Siswa adalah agen perubahan ditanah ini, didiklah mereka dengan penuh kasih dan sayang dengan dedikasi yang tinggi didalam kelas.
Siswa sebagai subjek sekaligus objek dalam proses pembelajaran di kelas maupun di luar kelas. Sumber pembelajarannya adalah pengetahuan yang ada dalam teks, buku-buku, audio, video, internet atau bahan-bahan alam sekitarnya yang bisa diangkat dan yang bisa diukur. Hubungan antara guru dan siswa memiliki hak dan kewajiban dalam pembelajaran berlangsung. Seorang guru mempunyai kewajiban, tanggungjawab, dalam menjalankan tugasnya sebagai pengajar, pendidik, dengan berkarakter dan bermoral baik dalam kelas maupun diluar kelas, supaya siswa bisa mengikuti kehidupan baik dari hidup guru itu sendiri. Maka itu guru juga dituntut mampu menerapkan kurikulum Deep Learning.
Kurikulum Deep Learning adalah kurikulum yang mengajak seluruh pengelola satuan pendidikan tingkat dasar dan menengah untuk dapat menjalankan pembelajaran mendalam yang menekankan pada tiga aspek yaitu: pertama, pembelajaran bermakna Mainingful , Kedua, pembelajaran berkesadaran Mindful, Ketiga, pembelajaran menggembirakankan Joyful. Proses belajar sebagai pengalaman yang bermakna dan menggembirakan (Olah Pikir,Olah Hati,Olah Rasa dan olah raga).
Maksud dari penulis, kontekstual Papua artinya bahwa konsep materi dalam buku modul dapat di realisasikan dalam bentuk, dan diangkat dari contoh kasus dalam kehidupan situasi sosial masyarat adat Papua, Sebagaimana yang diamanatkan dalam Undang undang Otonomi Khusus (Otsus No 21 thn 2001 dan UU perubahan kedua No 2 tahun 2021 ).Tentu pembelajaran mendalam itu, dapat di sesuaikan dengan konteks Papua sesuai dengan sarana dan prasarana yang ada di sekolah tersebut. Melalui ini pengalaman belajar bisa dapat membawa siswa pada tingkatan menalar dengan baik, serta mengaplikasikan, dan merefleksikan dalam dinamika kehidupan yang ada.
Menurut Dasar Hukum , peraturan menteri pendidikan , kebudayaan ,riset ,dan teknologi Republik Indonesia nomor 12 tahun 2024 tentang kurikulum pada pendidikan anak usia dini ,jenjang pendidikan dasar ,jenjang pendidikan menengah. Peraturan menteri Penedidikan dasar dan menengah Republik Indonesia nomor 13 tahun 2025 tentang perubahan atas peraturan menteri pendidikan, kebudayaan -kebudayaan , riset ,dan teknologi republik Indonesia . Standard Kompetensi lulusan Pasal 4 Permendikdasmen nomor 10 tahun 2025, tentang Standar kompetensi lulusan pada pendidikan anak usia dini , jenjang pendidikan dasar,jenjang pendidikan menengah yaitu 8 standar komtensi lulusan: 1) Keimanan dan ketaqwaan terhadap tuhan yang maha Esa 2) Kewargaan 3) Penalaaran Kristis 4) Kreativitas 5) Kolaborasi 6) kemandirian 7) Kesehatan 8) Komunikasi.
Jika dilihat dari gambaran dasar hukum kurikulum pendidikan ini ,maka batang tubuh pembelajaran dalam kurikulum pembelajaran mendalam terdiri dari tiga bagian yaitu 1) Intrakurikuler 2) Kokurikuler 3) Extrakurikuler . Penjabaran dari tiga bagian tesebut sebagai berikut : Intrakurikuler adalah Kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan sesuai dengan jadwal beban belajar pada struktur kurikulum. Kokurikuler adalah kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan untuk penguatan , pendalaman,dan pengayaan kegiatan intrakurikuler dalam rangka pengembangan karakter dan kompetensi peserta didik.
Extrakurikuler adalah kegiatan pengembangan karakter dalam rangka perluasan potensi bakat, minat, kemampuan , kepribadian , kerjasama , dan kemandirian peserta didik secara optimal yang dilakukan dengan bimbingan dan pengawasan satuan pendidikan.
Aktualisasi Pembelajaran Mendalam di sekolah
Aktualisasi konsep pembelajaran mendalam di Papua tentunya banyak tantangan tersendiri mulai dari ketersediaaan buku modul, fasilitas dan saran prasarana. Bukan berarti semua sekolah satuan pendidikan di Papua mulai dari tingkat ,TK, SD,SMP, SMA, SMK tidak mampu menyesuaikan dengn sistem kurikulum pendidikan nasional. Namun Pemerintah daerah tingkat Provinsi maupun kabupaten bisa merancang pendidikan yang berbasis pendidikan local sekaligus menyiapkan tenaga guru professional yang di latih melalui Balai Latihan Pendidikan Guru (BLPG) yang nantinya tenaga guru tersebut siap mengabdi dimanapun tempat ia ditugaskan.
Pembelajaran mendalam dalam konteks Papua adalah bagaimana pemilik atu pengelola lembaga ,yayasan pendidikan untuk dapat menggarap workshop atau pelatihan untuk meningkatkan kapasitas sekaligus menerapkan pembelajaran dalam kelas.Kondisi di Papua khususnya di bidang pendidikan banyak sekolah yang belum memiliki fasiliatas ,tenaga guru dan saran prasarana yang belum lengkap. Namun dalam pembelajaran guru wajib merancang pembelajaran secara kreatif dengan memanfaatkan media yang ada salah satu nya lingkungan alam yang tersedia, Misalnya: Mata Pelajaran IPA Dampak Oksigen (O2), Karbondioksida (CO2) bagi makluk hidup “mengajak siswa menanam pohon di pekarangan lingkungan sekolah dan diluar lingkungan sekolagh ”. Maksudnya adalah dengan menanam pohon, siswa mampu memaknai dan sadar bahwa oksigen itu sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia dan makluk hidup lainnya agar menikmati kebahagiaan dalam kehidupan, yang nyaman ketika pohon tersebut tumbuh dan besar dan bermanfaat untuk berteduh di bawah pohon dan bisa di jadikan gazebo untuk pembelajaran dan lain sebagainya.
Hal lain adalaha mata pelajaran PKN dengan thema “Berdemokrasi Sesuai Dengan Nilai Nilai Pancasila” “mengajak siswa berorganisasi di OSIS dan terlibat dalam kegiatan MUBES OSIS”. Artinya bahwa Siswa di ajak untuk menginternalisas konsep demokrasi sesuai dengan nilai nilai pancasila sekaligus bagaimana siswa memaknai demokrasi dengan mempraktekan dalam kelas salah satu bermusyawah dengan memilih ketua kelas, menyepakati iuran wajib kelas, pembagian tugas pembersihan kelas dan juga dalam musyawarah besar dalam pemilihan ketua osis, serta bagaimana mengambil keputusan bersama. Tentunya dalam aplikasi model demokrasi seperti itu mengajak siswa mampu memakanai nilai demokrasi serta mengaplikasikan dan turut serta ambil bagian secara langsung dan membahagiakan siswa tersebut karena telah berhasil mengambil keputusan secara tepat .
Mata pelajaran adalah adalah seni budaya “Kreatifitas Karya ” siswa di ajak untuk membuat karya rajutan noken , dimana konsep materi kreatfitas di internalisasikan dalam karya nyata. Dituntut untuk siswa memaknai materinya serta membuat model karya noken papua dengan kreasi berwarna warna yang menggambarkian pulau papua. Hal ini menyenangkan siswa karena bebas menentukan model atau bentuk noken secara bebas dan bahagia karena hasilnya dapat menghasilakan karya sekaligus bisa di gunakan orang lai atau bisa juga di jadikan nilai uang jika di jual.
Korelasi Pembelajaran Mendalam dalam Kehidupan Nyata Di Papua
Pembelajaran Mendalam Deep Learning adalah kurikulum nasional yang telah di undang undangkan melalui kementerian Dasar Dan Menengah (Kemendikdasmen). Perintah ini tentunya semua sekolah yang ada di seluruh Indonesia wajib mengikuti. Indikator pokok dalam deep leraning adalah bagaimana pembelajaran itu bermakan,menyenangkan dan membahagiakan. Tuntutan pembelajaran mendalam ini tentu cukup menantang bagi sekolah sekolah yang berada di pelosok pelosok Indonesia seperti di papua.Di papua banyak sekolah yang belum memiliki fasilitas,sarana prasaran ,wifi . Pelaksanaan pembelajaran di papua bisa dapat di sesuaikan dengan konteks social masyarakat papua. Guru harus mampu mengajak siswa untuk Memahami,mengingat, menganalisis, mengaplikasikan, mengevaluasi ,menerapkan dan menciptakan suatu proyek secara nyata. Semua mata pelajaran dalam pembelajaran di sekolah bisa ambil contoh kongkrit dalam kehidupan sehari-hari yang terjadi di tanah Papua.
Contoh konkrit yang bisa diangkat misalnya mata pelajaran sejarah “Awal Kolonialisme dan imeperialisme Eropa di Nusantara”. Dalam pembelajaran ini guru harus mampu mendalami konsep kolonialisme dan imperialisme serta ciri-cirinya. Sesui dengan pendalaman materi itu mengajak siswa untuk mendalami “motivasi masuknya Misionaris belanda di Papua ,serta bagaimana bentuk bentuk perlakuannya terhadap orang orang asli Papua, serta sejarah masuknya PT Freeport Indonesia, LNG Bintuni, Minyak di kota Sorong dan lain sebagainya”.
Dari proses belajar mengajar dalam kelas setidaknya menghasilkan satu karya nyata yang memberikan kontribusi nyata dalam kehidupan masyarakat secara umum. Siswa diajak untuk berpikir kritis, reflektif dan bisa dapat mengaplikasikan ilmunya dalam kehidupan sehari hari. Tujuan akhir dari pembelajaran mendalam adalah bagaimana siswa mampu memahami materi pembelajaran dan senang mempeljari serta mampu melaksankan dengan langkah langkah tepat dan sekaligus senang melakukan aktifitasnya hingga bahagia dalam mencapai puncak kebahagiannya.
Epilog
Menurut hemat penulis perlu juga memperdalam pembelajaran mendalam merealisasikan kontribusi sdm yang handal. Dengan adanya pembelajaran mendalam guru mampu mensikronkasan dengan potensi potensi local papua. Mengelola metode pembelajaran dengan semenarik mungkin yang mampu membangkitkan daya pikir siswa sampe pada tingkat tinggi yaitu daya kritis yang maju ,sadar, memaknai dan senang melakukan nya dengan penuh kebahagiaan.
Dalam model pembelajaran ini para siswa mesti berpikir kritis, melakukan dengan senang hati dan hasilnya bisa dapat mempengaruhi kebagiaannya dalam karya-karya yang mereka ciptakan. Dan itu mesti dibimbing oleh guru. Setiap guru dituntut untuk berpikir kritis, cara mengajarnya mesti kontekstualisasikan dengan situasi atau kehidupan orang Papua. Misalnya jika Guru mengajar matematika , maka dalam penjabarannya guru harus mampu menjelaskan atau mengkonkritkan dengan kehidupan nyata yang bisa dapat di mengerti supaya para siswa senang untuk mengerjakan tugas, minimal siswa mampu menghasilkan sesuatu yang baik demi masa depan pribadi dan untuk tanah Papua.
Model pembelajaran seperti ini juga, bisa meningkatkan semangat, dan daya juang, supaya seorang siswa dalam pembelajaran, bertumbuh pola pikir, rasa dan sampai pada menciptakan sesuatu dengan baik .Sehingga dalam pembelajaran lanjutannya siswa mampu mendalami pembelajaran secara mandiri. Harapanya, guru mampu meningkatkan kemauan belajar serta meningkatkan daya pikir kritis serta mampu menigkatkan pembelajaran secara mandiri hingga menciptakan karya nyata. Sehingga peran guru juga bisa di andalkan dalam menyiapkan sumberdaya manusia yang unggul untuk masa depan Bangsa Papua dan masa depan Bangsa Indonesia.
Penulis adalah: Guru honorer SMKN 1 Nabire dan SMKS Anigou Kesehatan Nabire Provinsi Papua Tengah.