PANIAI, JELATANEWSPAPUA.COM – Suara kekecewaan warga terhadap pelayanan Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Paniai ramai dibicarakan di media sosial. Salah satunya datang dari akun Facebook Gakobona Maga Ina, yang menulis panjang lebar tentang pengalaman kurang menyenangkan saat berurusan di rumah sakit tersebut.
Dalam unggahannya, Gakobona menyebut bahwa pelayanan di RSUD Paniai saat ini tidak seperti dulu ketika dipimpin oleh dr. Agus. Ia menilai, kini terlalu banyak aturan yang justru menyulitkan masyarakat, terutama warga dari pelosok dan ekonomi lemah.
“Kasihan masyarakat dari jauh-jauh datang sudah bawa rujukan sesuai alamat KTP, tapi ditolak dengan berbagai alasan. Petugas loket pun banyak yang pendatang, berbicara keras dan kasar,” tulisnya disertai emoji menangis 😭, dipetik media ini Sabtu (1/11/2025).
Ia juga menyebut sempat bersitegang dengan petugas loket karena merasa pelayanan yang diberikan tidak manusiawi.
“Rumah sakit dibangun untuk masyarakat, bukan untuk menyusahkan. Direktur sekarang harus punya jiwa seperti bapak dr. Agus dulu,” tulisnya lagi.
Selain soal pelayanan, Gakobona juga menyoroti penolakan pasien rujukan dari puskesmas yang tidak memiliki dokter spesialis bedah, membuat banyak pasien akhirnya pulang dengan kecewa.
Unggahan itu mendapat banyak dukungan dari pengguna Facebook lainnya. Komentar Gobay Mina menulis,
“Sangat betul itu. Petugas banyak orang pendatang jadi banyak aturan dan tidak layani dengan benar,” responnya.
Sementara Kobepa Maga Achy menambahkan,“Tenaga honorer lama dari orang asli Papua tidak diperjuangkan, mereka semua sudah pindah cari nasib. Sekarang hampir semua petugas baru,” terannya.
Ada juga warga lain yang ikut berkomentar, “Yang jaga di loket tidak punya etika, cuma kejar uang. Pasien seharusnya dilayani seperti raja dan ratu, bukan dengan emosi.”
Unggahan tersebut kini ramai dibagikan di berbagai grup Facebook masyarakat Paniai dan mendapat dukungan luas.
Sejumlah warga berharap Dinas Kesehatan Kabupaten Paniai segera melakukan evaluasi manajemen RSUD, agar pelayanan publik bisa kembali ramah dan berpihak kepada masyarakat kecil, terutama orang asli Papua. (*)