JAYAPURA, JELATANEWSPAPUA.COM – United Liberation Movement for West Papua (ULMWP) mengecam keras tindakan penyiksaan dan penembakan yang dilakukan aparat TNI dan Polri terhadap orang asli Papua dalam tiga peristiwa berbeda yang terjadi pada 3 September 2025 di Jayapura, Yahukimo, dan Keerom.
Pernyataan ini di keluarkan oleh Markus Haluk, Sekretaris Eksekutif ULMWP, pada Kamis (11/09), di Jayapura, Papua.
Peristiwa pertama terjadi di Entrop, Kota Jayapura, ketika seorang anggota TNI AD, Pratu Terian Barusa (Pomdam XVII/Cenderawasih) menembak mati Lambret alias Obet, seorang warga sipil yang bekerja sebagai juru parkir di salah satu toko. Obet dilaporkan meninggal dunia di lokasi kejadian.
Pada hari yang sama di Yahukimo, aparat Polres setempat menangkap dan menyiksa seorang warga sipil bernama Victro Deyal. Tanpa proses hukum yang jelas, Deyal meninggal dunia di tahanan. Keluarga korban kaget ketika pihak kepolisian menyerahkan jenazah ke rumah duka dalam kondisi penuh luka.
Sementara itu di Waris, Keerom, seorang prajurit TNI, Praka Petrus Muenda (Kodim 1715 Yahukimo), tewas ditembak oleh rekannya sendiri, Kapten Inf. Jhon dari Satgas Ketapang Swasembada BAIS.
Presiden Eksekutif ULMWP, Menase Tabuni, menyampaikan duka mendalam kepada keluarga para korban. Ia menegaskan bahwa setiap nyawa orang Papua sangat berharga.
“Satu nyawa manusia Papua sangat berharga di dalam kehidupan keluarganya, di tengah bangsa Papua, dan di mata Tuhan. Tiga peristiwa pembunuhan ini menegaskan bahwa selama 62 tahun orang asli Papua hidup tanpa jaminan masa depan bersama Indonesia,” ujar Tabuni.
Menurutnya, baik orang Papua yang bekerja sebagai ASN maupun anggota TNI/Polri, tetap berada dalam ancaman kematian di tengah sistem yang dianggap penuh diskriminasi. Ia menuding kebijakan pemerintah Indonesia dilandasi sikap superior dan rasis yang merendahkan martabat orang Papua.
ULMWP menyerukan agar rakyat Papua menjaga diri dan tidak menggantungkan masa depan kepada bangsa Indonesia maupun bangsa lain. Organisasi ini juga mendesak agar aparat pelaku penyiksaan dan penembakan di Jayapura, Yahukimo, dan Keerom segera diadili dan dipecat dari institusi masing-masing.
Wakil Presiden Eksekutif ULMWP, Octovianus Mote, menyampaikan apresiasi kepada para pemimpin politik Pasifik, lembaga gereja, LSM, mahasiswa, dan masyarakat yang konsisten mendukung isu Papua di berbagai forum internasional, termasuk di Pacific Islands Forum (PIF) sejak 2015 hingga pertemuan terbaru di Honiara, Solomon Islands, September 2025.
“Dukungan dan perhatian dari negara-negara Melanesia dan Pasifik adalah wujud solidaritas terhadap ancaman genosida, etnosida, dan ekosida yang terjadi di West Papua,” kata Mote.
ULMWP berharap komunitas internasional mengambil langkah konkret dalam penyelesaian konflik berkepanjangan di Papua.