• Redaksi
  • Tentang JNP
  • Hubung Kami
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Pedoman Media Siber
JELATA NEWS PAPUA
JELATA NEWS PAPUA
  • Home
  • Ragam

    Tutup Raker dan Musorprov KONI Papua Tengah, Gubernur: Kami Siap Bekap Ketua Terpilih

    Pemda Kabupaten Paniai Resmi Launching Festival Danau Paniai

    Segera Hentikan Operasi Tambang Emas Ilegal di Kampung Mogodagi

    1 Mei Bagi Papua Hari Aneksasi, Bukan Integrasi

  • Berita
    • All
    • Internasional
    • Nasional
    • Papua
    • Pelosok

    Kantor Bawaslu Papua Tengah Dipalang Staf

    Dinkes Dogiyai Siap Luncurkan Cek Kesehatan Gratis dan Aplikasi Pelaporan

    Uskup Ketapang, Mgr. Pius Riana Prapdi, Kunjungi Tanah Kelahiran Di Enarotali, Paniai

    Papua Tengah Jadi Tuan Rumah Festival Media Tanah Papua Pertama

    IPMADO Desak Pemda Kab. Dogiyai, Pemekaran DOB Mapia Raya Harus Diuji Materi

    Koordinator SRP Dogiyai Ajak Mahasiswa Jadi Ujung Tombak Perjuangan Rakyat

    Pelajar dan Mahasiswa Dogiyai Tolak DOB, Perusahaan Ilegal, dan Pendropan Militer

    Kadis Lingkungan Hidup Dogiyai Serahkan Salinan DPA Secara Terbuka

    Ketua DPW Partai Ummat Papua Tengah: “Miras Membunuh Generasi Muda OAP”

  • Artikel Opini
    • All
    • Startup

    Luka di Tanah Kami: Serpihan Kisah Pengungsian di Tanah Papua

    Hentikan Kekerasan Terhadap Warga Sipil di Dogiyai dan Buka Ruang Dialog

    Hidup dalam Roh dan Kasih (Rm 8; Gal 5)

    Suara Aktivis Mahasiswa: Buka Mata atas Derita Rakyat Papua!

    TPNPB Hormati Hukum Humaniter

    Dogiyai Antara Pendaftaran CPNS Online dan Pencurian Komputer di Sekolah juga Pengrusakan Jaringan Internet

    Kehadiran Paus Fransiscus di Indonesia Justru Dicederai Oleh Ulah Pemerintah

    Demokrasi Politik dalam Lingkup Otonomi Khusus Papua di Papua

    Lumpuhnya Kebebasan Berpendapat dan Demokrasi di Papua

  • Hukum HAM

    Luka di Tanah Kami: Serpihan Kisah Pengungsian di Tanah Papua

    Pos Militer di Tengah Permukiman Warga di Beoga bikin Warga Hidup Dalam Ketakutan

    Militer Indonesia Operasi di Ilaga, Tiga Rumah Warga Dibakar di Omukia

    Tak Ada Kepastian Hukum, DPD RI Turun Tangan Desak Penuntasan Kasus Bom Molotov di Kantor Redaksi Jubi

    Koalisi Advokasi Desak Usut Dugaan Pembunuhan di Luar Hukum Terhadap Eko Ikomou di Nabire

    Kapolres Diminta Proses Hukum Oknum Polisi Diduga Salahgunakan Senjata Api di Pasar Karang Nabire

    Ricuh di Pasar Karang Nabire, DPR Papua Tengah Pertanyakan Kinerja Kapolres

    Ricuh di Pasar Karang Tumaritis Nabire, Satu Warga Tewas, Dua Lainnya Tertembak

    TPNPB Bantah Militer soal Penembakan Warga di Intan Jaya

  • Kesehatan

    Bupati Dogiyai Resmi Luncurkan Program Pemeriksaan Kesehatan Gratis

    Partai PERINDO Papua Tengah Salurkan Bantuan ke Panti Asuhan Siloam Kalibobo

    Dinkes Dogiyai Siap Luncurkan Cek Kesehatan Gratis dan Aplikasi Pelaporan

    Bupati Deiyai Serahkan Satu Unit Ambulans untuk Puskesmas Waghete

    KPA Papua Tengah Gelar Peluncuran Pengurus Baru, Gaungkan Komitmen Ending AIDS 2030

    Dinkes Papua Tengah Imbau Waspada COVID-19

    Dinkes Paniai Gelar Pembukaan Pekan Imunisasi Nasional Polio 1

    Pemkap Paniai Bakal Lakukan Pekan Imunisasi Nasional Polio

  • Lingkungan

    Demo Mahasiswa Asal Paniai Ditunda, Akan Digelar Audiensi Hari Jumat

    IPMADO Desak Pemda Kab. Dogiyai, Pemekaran DOB Mapia Raya Harus Diuji Materi

    Koordinator SRP Dogiyai Ajak Mahasiswa Jadi Ujung Tombak Perjuangan Rakyat

    Pelajar dan Mahasiswa Dogiyai Tolak DOB, Perusahaan Ilegal, dan Pendropan Militer

    Solidaritas Pelajar dan Mahasiswa Dogiyai akan Gelar Aksi Damai, Ini Alasannya

    Pemekaran Mapia Raya Dinilai Ancaman bagi Manusia dan Alam

    Bappeda dan Litbang Dogiyai Gelar KLHS RPJMD 2025–2029

    Koalisi Penegak Hukum dan HAM Papua Desak Penghentian Maladministrasi dalam Kasus Tambang Nikel di Raja Ampat

    Mari Kenali Jhon Kayame Sebelum Kebagian Tanah Gratis di Samabusa!

  • Pendidikan

    14 Mahasiswa S2 Dogiyai Diwisuda di STT Solo di Bawah Naungan Yayasan YAKBADO

    Mahasiswa Paniai Barat Tolak Pemekaran Kabupaten Usulan Gubernur Papua Tengah

    32 Siswa SD Yakbado Gelar Doa Syukuran Perpisahan

    Mantan Sekretaris DPM Uncen Kritik Kenaikan UKT: Mahasiswa Papua Akan Terpinggirkan

    Dikpora Paniai Gelar Bimtek Bagi Guru PPG 

    Dinas Pendidikan Dogiyai Gelar Sosialisasi ADEM dan ADIK

    SMTK Habakuk Woge Dogiyai Menamatkan 26 Siswa

    Dikpora Dogiyai Sedang Lakukan Pendampingan Kepada Operator Dapodik

    Sejumlah Guru Honorer di Dogiyai Tidak Bisa Daftar Sebagai Peserta PPPK Tahun 2024, Begini Tuntutannya

  • Religi

    Uskup Ketapang, Mgr. Pius Riana Prapdi, Kunjungi Tanah Kelahiran Di Enarotali, Paniai

    24 OMK Paroki St. Mikhael Bilogai Siap Meriahkan Papua Youth Day II di Nabire

    Bupati Deiyai Lepas 44 Peserta OMK Dekenat Tigi Ikuti Papua Youth Day II di Nabire

    Bupati Deiyai Lantik Pengurus FKUB 2025–2030, Tekankan Sinergi Agama, Adat dan Pemerintah

    Paroki Santo Petrus Mauwa Rayakan HUT ke-8 dengan Beragam Lomba dan Semangat Kebersamaan

    Bupati Nabire Kunjungi Wilayah Terpencil, Pemuda Katolik Papua Tengah: Ini Pelayanan Nyata dari Pemimpin Daerah

    Uskup Timika Desak Pemerintah Mencabut Izin Tambang PT. Gag di Raja Ampat

    Bupati Nabire Mesak Magai Letakkan Batu Pertama Kantor GKII

    Kenang Kematian Paus Fransiskus, Umat Katolik di Enarotali Pasang 1000 Lilin  

  • Video
No Result
View All Result
JELATA NEWS PAPUA
No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
  • Artikel Opini
  • Internasional
  • Nasional
  • Papua
  • Pelosok
  • Hukum HAM
  • Kesehatan
  • Lingkungan
  • Pendidikan
  • Pers RIlis
  • Ragam
  • Religi
  • Seni Budaya
  • Sosial Ekonomi
  • Wawancara
Home Artikel Opini

Luka di Tanah Kami: Serpihan Kisah Pengungsian di Tanah Papua

by Redaksi
9 Juli 2025
in Artikel Opini, Hukum HAM
0
SHARES
16
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Oleh Agustinus A. Dogomo*

Tanah yang dulu tenang kini jadi ladang kenangan luka. Sejak 1963, ketika bendera Bintang Kejora diturunkan dan digantikan Merah Putih, guncangan besar menggoyahkan akar-akar damai di tanah Papua. Sejak saat itu, langkah kaki rakyat Papua bukan lagi menuju pesta adat, melainkan pengungsian, pelarian dari senapan dan bayang-bayang rezim.

Jejak air mata menetes dari Pegunungan Tengah hingga pesisir Selatan. Pada tahun 1984, lebih dari 10.000 orang Papua melintasi batas negara menuju Papua Nugini, tepatnya ke daerah Black Wara. Mereka tidak membawa koper, hanya luka dan mimpi tentang rumah yang telah direnggut. Peristiwa ini menyusul pembunuhan budayawan Arnold Clemens Ap dan pembubaran grup musik Mambesak, simbol perlawanan kultural yang ditakuti penguasa (Human Rights Watch, 1984).

Human & Safety

Di kamp-kamp pengungsian seperti Vanimo dan Kiunga, anak-anak tumbuh tanpa mengenal bangku sekolah. Mereka tahu arti kata “lari”, “sembunyi”, dan “diam saat malam tiba”. Di balik dedaunan sagu dan tangis perempuan, generasi tanpa tanah belajar menyebut hutan sebagai rumah. Negara berubah menjadi batas hidup dan mati.

Intan Jaya menjadi salah satu babak baru dari drama panjang ini. Pada 2020, lebih dari 8.000 warga sipil harus meninggalkan rumah mereka. Bentrok berkepanjangan antara TNI-Polri dan Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) menghancurkan desa-desa. Rumah dibakar, gereja berubah jadi tempat perlindungan (Komnas HAM, 2020).

Di Nduga, sejak akhir 2018, lebih dari 45.000 jiwa tercerai-berai. Mereka mengungsi usai operasi militer besar-besaran menyusul penembakan pekerja Trans Papua. Anak-anak kehilangan ruang kelas, ibu-ibu melahirkan di hutan tempat pengusian, dan banyak yang mati dalam diam. Yayasan Keadilan dan Keutuhan Manusia Papua mencatat, ini adalah salah satu pengungsian terbesar sejak reformasi (YKKMP, 2019).

Maybrat pun ikut menorehkan luka. Tahun 2021, setelah penyerangan pos Koramil di Kisor, lebih dari 3.000 warga lari ke hutan dan tempat-tempat tersembunyi. Mereka menghindari gelap bukan karena takut hewan liar, tetapi karena bayangan tentara lebih mengerikan (Jaringan Damai Papua, 2021).

Di Pegunungan Bintang, sejak 2023, dentuman meriam dan raungan pesawat tempur membuat langit robek. Warga kampung Oksibil dan sekitarnya memilih meninggalkan rumah menuju hutan, mencari keselamatan yang belum tentu ada (Suara Papua, 2023).

Cerita ini bukan hanya milik hari ini. Pada 2000, Wamena menjadi lautan bara dan jeritan. Ribuan warga mengungsi setelah kerusuhan besar. Pasar dibakar, kepala retak, dan rumah-rumah berubah jadi abu (Elsham Papua, 2001).

Lanny Jaya mencatat kisahnya tahun 2014. Setelah aparat ditembak, operasi militer membuat 1.000 orang lari ke hutan. Desa berubah menjadi kota mati. Tak ada suara tifa, hanya helikopter yang berputar-putar di langit (Papua Legal Aid Institute, 2014).

Yahukimo pun tak luput. Tahun 2022, Distrik Kiwirok menjadi tempat hujan peluru. Hampir 5.000 orang mengungsi. Tangisan bayi ditahan, karena isak bisa berarti kematian (Amnesty International, 2022).

Tahun 1996, Mimika dikepung ketegangan. Operasi militer pasca penyanderaan Mapenduma membuat lebih dari 3.000 warga lari ke hutan. Banyak yang tidak pernah kembali. TAPOL mencatat bahwa warga sipil menjadi korban utama operasi tersebut (TAPOL, 1996).

Sentani di awal 1990-an juga menjadi tempat berkumpulnya pengungsi dari wilayah pegunungan dan pesisir. Danau Sentani, yang dulu memantulkan langit biru, kini mencerminkan rasa takut dan kelaparan (Kompas Arsip, 1993).

Sota, perbatasan selatan Merauke, menjadi rumah darurat bagi pengungsi yang datang sejak gelombang 1980-an. Rumah-rumah berdinding pelepah sagu berdiri tak tetap. Mereka tidak tahu harus menunggu siapa atau pulang ke mana (Red Cross PNG, 2005).

Di Dogiyai, pasca kerusuhan 2023, ribuan warga mengungsi ke kampung-kampung tetangga dan hutan. Mereka bukan pelaku kekerasan, namun diperlakukan seperti buruan (Komnas HAM Papua, 2023).

Asmat tahun 2017, dihantam konflik antar kelompok dan campur tangan aparat. Dua ribu orang memilih hidup di rawa dan hutan. Nyanyian adat berubah menjadi bisikan ketakutan (BBC Indonesia, 2017).

Fakfak tahun 2003, pasca bentrokan sektarian, ratusan orang memilih keluar dari kota. Mereka tidak ingin diadili karena keyakinan atau warna kulit (ICG Report, 2003).

Jayapura tahun 2019 menyaksikan gelombang pengungsi politik setelah demonstrasi besar. Mahasiswa dan keluarganya menghilang dari asrama. Kota menjadi tempat sembunyi, bukan tempat belajar (The Guardian, 2019).

Biak tahun 1998. Tragedi Biak Berdarah menyisakan ratusan pengungsi yang melarikan diri ke Waropen. Mereka tidak ingin dikenal sebagai korban, tapi sejarah tak bisa dihapus (Biak Massacre Report, 1999).

Dari 1984 hingga 2024, lebih dari 100.000 jiwa telah mengungsi dari tanah kelahirannya sendiri. Ini bukan migrasi biasa, ini adalah pelarian dari peluru dan pengkhianatan negara. Data-data ini diperoleh dari berbagai sumber: Human Rights Watch, Komnas HAM, TAPOL, Amnesty International, Papua Legal Aid Institute, BBC Indonesia, The Guardian, Elsham, dan lembaga-lembaga lokal Papua.

Anak-anak di kamp pengungsian menggambar rumah dengan warna hitam. Bukan karena tak punya krayon, tapi karena tak tahu warna rumah mereka. Seorang perempuan tua memegang noken kosong, berharap hari ini bisa pulang dan membawa sesuatu. Tapi yang ia dapatkan hanya cerita-cerita sedih dari yang baru datang.

Di Papua, pengungsian bukan sekadar perpindahan fisik. Itu adalah pelarian spiritual. Mereka membawa serta bahasa, adat, ingatan, dan harapan. Sungai tahu cerita mereka. Batu-batu menyimpan doa yang tertahan. Pohon-pohon menjadi saksi bisu air mata yang tak pernah kering.

Papua menangis, tapi dunia hanya mendengar desir angin. Mereka melihat gambar-gambar di layar, tapi tak membaca makna di baliknya. Kampung-kampung yang dulu ramai, kini kembali jadi hutan.

Dan ketika seorang pengungsi di PNG berkata, “Saya lahir di tanah orang, mati pun mungkin di sini. Tapi roh saya, tetap pulang ke gunung”, kalimat itu menjadi puisi tak selesai. Sebab, sejarah pengungsian di Papua bukan tentang siapa yang menang atau kalah, tapi tentang siapa yang dilupakan.

Penulis adalah Masyarakat yang tinggal di Dogiyai.

118
Tags: Luka di Tanah Kami: Serpihan Kisah Pengungsian di Tanah Papua
Previous Post

Rapat Perdana Distrik Kamuu Selatan, Plt. Kepala Distrik Tekankan Disiplin dan Loyalitas ASN

Next Post

Kadin Kebudayaan dan Pariwisata Dogiyai: DPA Harus Digunakan Cerdas dan Jujur

Redaksi

Redaksi

Related Posts

Hukum HAM

Pos Militer di Tengah Permukiman Warga di Beoga bikin Warga Hidup Dalam Ketakutan

5 Juli 2025
Hukum HAM

Militer Indonesia Operasi di Ilaga, Tiga Rumah Warga Dibakar di Omukia

4 Juli 2025
Hukum HAM

Tak Ada Kepastian Hukum, DPD RI Turun Tangan Desak Penuntasan Kasus Bom Molotov di Kantor Redaksi Jubi

3 Juli 2025
Hukum HAM

Koalisi Advokasi Desak Usut Dugaan Pembunuhan di Luar Hukum Terhadap Eko Ikomou di Nabire

2 Juli 2025
Hukum HAM

Kapolres Diminta Proses Hukum Oknum Polisi Diduga Salahgunakan Senjata Api di Pasar Karang Nabire

27 Juni 2025
Hukum HAM

Ricuh di Pasar Karang Nabire, DPR Papua Tengah Pertanyakan Kinerja Kapolres

26 Juni 2025
Next Post

Kadin Kebudayaan dan Pariwisata Dogiyai: DPA Harus Digunakan Cerdas dan Jujur

Please login to join discussion

Recent News

Demo Mahasiswa Asal Paniai Ditunda, Akan Digelar Audiensi Hari Jumat

9 Juli 2025

Kadin Kebudayaan dan Pariwisata Dogiyai: DPA Harus Digunakan Cerdas dan Jujur

9 Juli 2025

Luka di Tanah Kami: Serpihan Kisah Pengungsian di Tanah Papua

9 Juli 2025

Rapat Perdana Distrik Kamuu Selatan, Plt. Kepala Distrik Tekankan Disiplin dan Loyalitas ASN

9 Juli 2025

IKLAN JELATA NEWS PAPUA

bupati Dogiyai
Ucapan HUT by Crew JNP
  • Trending
  • Comments
  • Latest

5 Warga Sipil di Dogiyai Jadi Korban Akibat OTK Lempar Batu ke Pos Polisi

24 Mei 2025

4 Orang Jurnalis OAP di Nabire Dihadang, dipukul dan dirampas Hp oleh Polisi

5 April 2024

14 Mahasiswa S2 Dogiyai Diwisuda di STT Solo di Bawah Naungan Yayasan YAKBADO

18 Juni 2025

Turnamen Voli Bupati Cup Nabire Ricuh, Suporter Dua Klub Terlibat Bentrok

26 Juni 2025

Pra Peradilan Penghentian Penyidikan Kasus Teror Bom Victor Mambor ditolak

154

Puluhan Siswa Kelas III SMA Arak Bintang Kejora di Nabire

52

Oya Pigome Optimis Ridho Rahmadi Besarkan Partai Ummat

26

Kemenkumham Papua Sebut AWP Adalah Wadah Bagi Pers Papua

5

Demo Mahasiswa Asal Paniai Ditunda, Akan Digelar Audiensi Hari Jumat

9 Juli 2025

Kadin Kebudayaan dan Pariwisata Dogiyai: DPA Harus Digunakan Cerdas dan Jujur

9 Juli 2025

Luka di Tanah Kami: Serpihan Kisah Pengungsian di Tanah Papua

9 Juli 2025

Rapat Perdana Distrik Kamuu Selatan, Plt. Kepala Distrik Tekankan Disiplin dan Loyalitas ASN

9 Juli 2025

Alamat Redaksi

Jalan Trans Nabire-Ilaga KM. 200 Mowanemani, Dogiyai, Papua Tengah

Browse by Category

  • Artikel Opini
  • Berita
  • Hukum HAM
  • Internasional
  • Kesehatan
  • Lingkungan
  • Nasional
  • Olahraga
  • Papua
  • Pelosok
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pers RIlis
  • Politik
  • Puisi
  • Ragam
  • Religi
  • Sastra
  • Seni Budaya
  • Sosial Ekonomi
  • Startup
  • Video
  • Wawancara
  • Redaksi
  • Tentang JNP
  • Hubung Kami
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Pedoman Media Siber

Hak Cipta Jelata News Papua © 2024 All rights reserved

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
    • Internasional
    • Nasional
    • Papua
    • Pelosok
  • Artikel Opini
  • Hukum HAM
  • Kesehatan
  • Lingkungan
  • Pendidikan
  • Pers RIlis
  • Ragam
  • Religi
  • Seni Budaya
  • Sosial Ekonomi
  • Wawancara

Hak Cipta Jelata News Papua © 2024 All rights reserved