PUNCAK JAYA, JELATANEWSPAPUA.COM – Manajemen Markas Pusat Komando Nasional (Komnas)Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat (TPNPB) melaporkan terjadinya operasi militer berskala besar oleh aparat keamanan Indonesia di Distrik Lumo, Kabupaten Puncak Jaya, sejak Senin pagi hingga malam hari.
Berdasarkan informasi dari Pasukan Intelijen Sipil (PIS) TPNPB di lokasi, pada Senin 11 Agustus 2025, operasi tersebut disertai dengan penangkapan warga sipil, hilangnya sejumlah anak, serta pembakaran rumah-rumah penduduk. Kondisi ini memaksa warga mengungsi ke hutan untuk menyelamatkan diri.
Baca Juga: TPNPB Klaim Bertanggung Jawab atas Penembakan Dua Anggota TNI dan Perampasan Senjata di Nabire
Selain itu, bangunan yang merupakan aset Klasis Gereja Injili di Indonesia (GIDI) Wilayah Yamo dilaporkan dibakar habis. Gedung gereja utama disebut telah dijadikan markas militer oleh aparat. Penembakan dilaporkan masih berlangsung di pemukiman hingga malam hari.
Baca Juga: Dinilai Gagal Tangani Kasus Kriminal dan Konflik, Kapolri Diminta Ganti Kapolda Papua Tengah
Juru Bicara TPNPB-OPM, Sebby Sambom, menyatakan bahwa operasi militer tersebut telah “salah sasaran” karena menyasar warga sipil dan fasilitas keagamaan. Ia mendesak Presiden Prabowo Subianto untuk menghentikan penembakan, penangkapan, dan penculikan terhadap warga sipil selama pengejaran terhadap pasukan TPNPB berlangsung.
“Kami menegaskan agar Presiden berhenti menjadikan Gereja GIDI Wilayah Yamo sebagai markas militer dalam melancarkan aksi kekerasan. Tindakan ini merupakan bukti pelanggaran hukum humaniter yang dilakukan oleh Presiden Prabowo Subianto, Panglima TNI Agus Subianto, dan Pangdam XVII/Cenderawasih,” kata Sebby Sambom. (*)