Oleh: Marius Goo S.S., M.Fil
Dalam Kegiatan Papua Youth Day (PYD) II yang dilaksanakan tahuan 2025 dari tanggal 1-7 Juli 2025 di Nabire, dalama materi Antropologi Papua yang diberikan Marius Goo, seluruh OMK dajak untuk mengetahui makna, nilai atau simbol dari bakar batu. Dua nilai atau simbol dari seluruh nilai yang terkandung dari bakar batu yang diangkat dalam materi ini adalah simbol persatuan dan pengorbanan. Sebelum berbicara tentang dua simbol dari bakar batu ini, perlu mahami acara PYD II yang dilaksanakan di Nabire.
Papua Youth Day (PYD)
Papua Youth Day (PYD) artinya Hari Orang Muda Papua. Yakni Hari Orang Muda Katolik Papua. Saat PYD inilah moment penting dan bersejarah bagi anak-anak Muda Papua berjumpa dan saling menguatkan agar Gereja dapat kokoh berdiri menghadapi tantangan zaman. Melalui Kegiatan PYD ini, semangat muda disadarkan, dibangkitkan dan dihidupkan. Orang Muda Katolik yang juga adalah tulang punggung Gereja, juga Agent of Change (Agen Perubahan), mereka dibekali dengan aneka pengetahuan, sambil membangikan pengalaman yang dimiliki setiap kombas, Paroki, Dekenat hingga antar Keuskupan seregio Papua.
PYD dilaksanakan sepekan dan awak media turut meramaikan kegiatan penuh bersejarah ini. PYD tahun ini yang dilaksanakan adalah kedua setelah PYD pertama di Merauke. PYD kedua dengan tema “Kebersamaan dalam Keberagaman” dimaknai melalui aneka kegiatan, mulai dari materi-materi seminar, hingga permainan dan hiburan-hiburan sebagai semangat dan kekompakan orang muda Katolik untuk membangun dan mempertahankan Gereja berwajah Papua.
Tema PYD: Kebersamaan dalam Keberagaman
PYD ini memperlihatkan unsur kebersamaan dan keberagaman. Setiap OMK yang hadir dalam kegiatan ini bersama-sama merasa Gereja Papua adalah milik mereka dan Gereja itu ada dipundak mereka secara bersama-sama. Dalam misa penutupan Ketua Komisi Kepemudaan Konfrensi Wali Gereja Indonesia Mgr. Pius Riana Prapdi mengumpakan kebersamaan dalam persatuan dengan sapu lidi: sapu lidi yang terbagi-bagi dan sapu lidi yang disatukan dalam ikatan. Ketika sapu lidi hanya satu biji dapat dipatahkan, sebaliknya jika beberapa biji sapu lidi disatukan menjadi satu ikatan, pasti tidak bisa dipatahkan. Akhir dari perumpamaan ini, Uskup berpesan agar OMK tetap JOSS, yang berarti: Sukacita, Suci dan Smart. Walaupun OMK datang dari keberagaman budaya, latar belakang, bangsa dan bahasa bersama-sama bersatu dalam satu Gereja yang kudus, yakni Gereja Kristus.
Makna Bakar batu: Simbol Persatuan dan Pengorbanan
Acara bakar batu yang biasa dilaksanakan oleh Orang Asli Papua (OAP) di beberapa tempat memberikan suasana khas dan bahkan istimewa bagi setiap orang yang menghadiri makan bersama. Makanan hasil bakar batu yang disajikan memiliki makna yang mendalam bagi kehidupan manusia.
Makna Persatuan
Makna persatuan. Bakar batu yang dilakukan butuh persatuan, kebersamaan dan kekompakan dalam mempersiapkan bahan, saat memasak, hingga menyantapnya setelah masak. Acara bakar batu tidak bisa dilaksanakan sendiri, tetapi butuh kerja sama, persatuan dan kekompakan. Hal ini terlihat ketika mengatur tempat bakar batu, menyusun batu, daun, sayur hingga daging. Jika semua terpisah-pisah, tercerai-berai, pasti tidak akan masak baik dan bagian-bagian tertentu akan menjadi mentah. Setiap batu harus dirapatkan, diatur secara rapi, diorganisirnya menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan, diikat dengan tali, dibungkus dengan daun yang tepat, ditutup dengan batu dan kayu yang besar menjadi satu ikatan yang terbungkus rapi, tentu masakan menjadi lebih lezat dan mereka yang menghidangkan mendapatkan kepuasan dan kekenyangan. Ketika bakar batu dimasak secara baik, perjamuan bersama menjadi lebih berarti dan bermakna.
Simbol persatuan dalam perjamuan makan bersama masakkan bakar batu ini menjadi satu bentuk pengenangan, perayaan dan persiapan perjamuan Anak Domba Allah kelak dalam Kerajaan Allah (Why 19:9,17). Yang paling utama dalam makan bakar batu, bukan soal siapa yang akan makan banyak atau makan sedikit, sebaliknya bagaimana menjadi salah satu dari yang lain yang ikut makan bersama, bersatu dalam perjamuan makan bersama.
Makna Pengorbanan
Makna pengorbanan. Bakar batu melambangkan pengorbanan. Mulai dari tuan pesta mengorbankan dirinya melalu segala-sesuatu yang dikorbankan: uang, ternak, juga bahan lainnya untuk menyukseskan acara bakar batu yang dimaksud. Selanjutnya, yang lain yang berkorban mempersiapkan agar kegiatan bakar batu berjalan lancar: batu, kayu, daun, sayuran, dll. Yang lain lagi yang berkorban memasak bakar batu: memasang api, menyiapkan tungku api, manaruh kayu, batu dan membakar batu, hingga membungkus dan menjadi makanan yang siap saji. Mereka yang berkorban memotong dan membagi-bagi makanan.
Simbol pengorbanan ini dapat dimaknai dalam diri Yesus Kristus yang berkorban demi memberikan kekenyangan (kepenuhan) rohani, dikala tubuh rohani dinodai oleh dosa yang berakibat pada maut. Manusia mengorbankan ternak untuk bakar batu, namun Yesus mengorbankan diri, tubuh-Nya menjadi benar-benar makanan, dan darah-Nya menjadi benar-benar minuman. Yesus berkorban demi pembebasan bangsa manusia dari penjajahan tubuh dosa.
Melalui simbol bakar batu, Orang Muda Katolik (OMK) Papua diajak untuk bersatu, melihat dan memahami persatuan sebagai kekuatan untuk memasak baik segala perkara yang mentah untuk dapat hidangkan oleh orang-orang yang merindukan kekenyangan, kedamaian, kemeredekaan dan kehidupan yang sepantasnya. Demikian, juga setiap Orang Muda Katolik (OMK) Papua harus mampu berkorban, mengorbankan diri demi memberi makan kepada orang-orang yang sedang lapar dan haus akan kedamaian, kekenyangan dan kemerdekaan. Setiap dan semua Orang Muda Katolik (OMK) Papua bergabung jurus dalam sang Guru, Yesus Kristus untuk merobohkan Kerajaan Kejahatan dan mencapai Kemerdekaan sejati sebagai anak-anak Allah yang merdeka di negeri tercinta, Papua.
Penulis adalah Dosen STK “Touye Paapaa” Deiyai, Keuskupan Timika, Papua