PANIAI, JELATANEWSPAPUA.COM – Gerakan Literasi Paniai (GELIPA) terus menunjukkan konsistensinya dalam menumbuhkan budaya literasi di kalangan generasi muda. Pada Sabtu (13/09), GELIPA menggelar pertemuan ke-4 yang difokuskan pada dasar-dasar jurnalistik bagi pelajar tingkat SMP dan SMA.
Kegiatan yang berlangsung di Bapouda, Paniai, Papua Tengah ini diikuti oleh delapan peserta. Meski jumlahnya relatif kecil, suasana pertemuan berlangsung hangat, penuh semangat, dan interaktif. Para pelajar tampak antusias mencatat setiap materi yang disampaikan.
Jurnalistik dan Pentingnya bagi Pelajar
Materi kali ini dibawakan oleh Derek Kobepa, yang menekankan bahwa jurnalistik bukan sekadar menulis berita, tetapi juga sarana melatih daya kritis dan kepekaan sosial generasi muda.
“Jurnalistik adalah seni dan keterampilan mengolah fakta menjadi berita yang bermanfaat bagi masyarakat. Bagi pelajar, belajar jurnalistik penting untuk melatih keterampilan menulis, mengasah kepekaan sosial, menumbuhkan sikap kritis terhadap informasi, sekaligus menjadi bagian dari budaya literasi,” ujar Derek dalam pemaparannya.
Ia menambahkan, keterampilan jurnalistik juga dapat menjadi bekal penting bagi pelajar di tengah derasnya arus informasi digital. Dengan kemampuan memilah fakta, pelajar tidak mudah terjebak hoaks, melainkan mampu menyaring informasi dengan bijak.
Materi Dasar Jurnalistik
Dalam sesi pembelajaran, para peserta dikenalkan dengan sejumlah poin penting, di antaranya:
1. Pengertian Jurnalistik, yakni kegiatan mencari, mengolah, menulis, dan menyebarkan informasi yang dilakukan oleh jurnalis atau wartawan.
2. Fungsi Jurnalistik, meliputi memberi informasi (to inform), mendidik (to educate), menghibur (to entertain), dan mengontrol kekuasaan (to control).
3. Jenis-jenis Karya Jurnalistik, seperti berita, feature, artikel/opini, tajuk rencana, hingga wawancara.
4. Unsur Berita (5W+1H), yaitu apa, siapa, kapan, di mana, mengapa, dan bagaimana.
5. Struktur Penulisan Berita, mulai dari judul (headline), lead (teras berita), isi, hingga penutup, dengan menerapkan pola piramida terbalik: informasi terpenting di awal, detail pendukung di bagian selanjutnya.
Untuk memperkuat pemahaman, peserta juga diberikan contoh penulisan berita sederhana dan dilatih menyusun lead dari sebuah peristiwa yang mereka alami sehari-hari.
Harapan ke Depan
Meski sederhana, kegiatan ini mendapat apresiasi dari peserta. Beberapa pelajar mengaku baru pertama kali mengetahui bahwa menulis berita memiliki struktur dan aturan yang jelas.
“Baru tahu kalau menulis berita itu ada aturannya, ada 5W+1H. Ternyata menarik, dan bisa dipakai juga untuk tugas-tugas sekolah,” kata salah satu peserta usai kegiatan.
Menurut Derek Kobepa, kegiatan literasi seperti ini tidak hanya memperkuat budaya menulis, tetapi juga menumbuhkan kepercayaan diri pelajar dalam menyampaikan gagasan. “Kalau sejak dini mereka belajar menulis dengan benar, ke depan mereka bisa menjadi jurnalis muda, penulis, atau minimal warga yang kritis terhadap informasi,” jelasnya.
Pertemuan ke-4 ini juga menjadi bagian dari rangkaian program GELIPA yang digagas untuk memberikan ruang belajar alternatif bagi pelajar selama masa sekolah. GELIPA berkomitmen akan terus mengadakan pertemuan serupa dengan materi yang lebih variatif, mulai dari kepenulisan kreatif, diskusi buku, hingga pelatihan literasi digital.
Literasi untuk Papua
Gerakan Literasi Paniai menilai, literasi adalah salah satu jalan untuk membangun Papua dari akar rumput. Dengan membekali generasi muda keterampilan jurnalistik, diharapkan mereka mampu menyuarakan realitas sosial di sekitar, sekaligus menjadi bagian dari perubahan positif di daerah.
“Anak-anak ini adalah generasi penerus Papua. Melalui literasi, mereka belajar menulis, berpikir kritis, dan berani bersuara. Itu adalah bekal penting untuk masa depan,” pungkas Derek Kobepa.