DOGIYAI, JELATANEWSPAPUA.COM – Dalam rangka memperingati HUT ke-80 Kemerdekaan RI, panitia perayaan HUT RI Kabupaten Dogiyai melalui seksi lomba pidato menggelar lomba antar pelajar SMA/SMK se-Dogiyai. Kegiatan ini digelar di Aula Koteka Moge, Dogiyai, Papua Tengah, Selasa (5/8), dan diikuti oleh enam peserta dari berbagai sekolah.
Lomba pidato ditutup oleh Ketua Seksi Lomba, Albertina You, S.S. Ia menyerahkan dua buku karya penulis lokal Papua, Bastian T. Tebai, berjudul Perempuan Penyembah Malaikat dan Sihir Leluhur, secara simbolitas kepada panitia dan dua dewan juri.
Buku diserahkan kepada panitia tingkat kabupaten dan diterima langsung oleh Adolvina Tebai yang menjabat sebagai Bendahara Panitia HUT RI ke-80 Kabupaten Dogiyai.
Selain itu, buku juga diberikan kepada dua dewan juri, Bastian Tebai dan Natan Tebai, sebagai bentuk apresiasi atas peran mereka serta dukungan terhadap literasi lokal di wilayah Dogiyai.
Menurut Albertina, lomba ini bukan hanya ajang kompetisi, tetapi ruang ekspresi bagi generasi muda. Ia menekankan pentingnya keberanian dan kemampuan berbicara publik sebagai bekal kepemimpinan.
“Generasi muda Dogiyai harus percaya diri dan mampu menyampaikan gagasan di depan umum,” tegas Albertina. Ia menilai lomba ini bagian dari pendidikan karakter menuju masa depan yang lebih baik.
Ia juga memberikan apresiasi atas partisipasi sekolah yang mengirimkan siswanya. Enam peserta berasal dari SMK Negeri 1 Dogiyai, SMA Negeri 1 Dogiyai, dan SMA Negeri 2 Dogiyai.
Hasil penilaian juri menetapkan Fredy Iyai sebagai juara pertama. Posisi juara kedua diraih oleh Yubelince Dogomo dan juara ketiga oleh Amison Madai.
Panitia dan juri memuji semangat dan kekuatan isi pidato para peserta. Mereka juga menilai para finalis mampu menguasai panggung dengan percaya diri.
Dewan juri Natan Tebai menyebut lomba ini penting bagi pembinaan generasi muda pedalaman Papua. Ia mengapresiasi Dinas Perpustakaan dan Arsip Daerah, khususnya Albertina You, yang memberikan ruang bagi juri untuk terlibat.
“Ini langkah maju untuk membentuk generasi literat dan vokal di Papua,” ujar Natan. Ia menambahkan bahwa buku-buku yang diserahkan membawa pesan moral dan sosial yang relevan dengan kondisi Papua.
Buku Perempuan Penyembah Malaikat dan Sihir Leluhur mencerminkan peran perempuan serta kekuatan nilai lokal dalam menghadapi tantangan zaman. Pesan dalam buku itu diharapkan membangkitkan kesadaran generasi muda terhadap jati diri mereka.
Albertina dalam sambutannya berharap lomba ini terus dilanjutkan di tahun-tahun berikutnya. Ia ingin melihat lebih banyak peserta dan tema pidato yang kritis dan membangun.
Ia mengajak sekolah dan pemerintah daerah untuk terus mendukung pengembangan bakat siswa. “Anak-anak ini adalah calon pemimpin yang harus berani menyampaikan kebenaran,” tegasnya.
Dengan semangat kemerdekaan dan dukungan berbagai pihak, lomba ini jadi simbol harapan besar. Harapan untuk membentuk generasi Papua yang cerdas, vokal, dan cinta tanah airnya.