DOGIYAI, JELATANEWSPAPUA.COM-Majelis Rakyat Papua (MRP) Pokja Agama melakukan kunjungan kerja ke Kabupaten Dogiyai, Papua Tengah, untuk menjaring langsung seruan “Tetodei”. Gerakan moral dan spiritual ini lahir dari keprihatinan masyarakat terhadap berbagai persoalan sosial yang terjadi di Dogiyai.
Kegiatan tersebut berlangsung di Aula Gereja Katolik Santo Petrus Mauwa pada Rabu (15/10).
Kunjungan dipimpin oleh anggota MRP Pokja Agama, Yahya Iyai, dengan harapan agar suara masyarakat menjadi dasar utama dalam setiap upaya perdamaian di Dogiyai. Ia menegaskan bahwa seruan Tetodei harus murni datang dari masyarakat sendiri tanpa intervensi pihak luar.
Pertemuan ini dihadiri tokoh agama, tokoh masyarakat, dan unsur pemerintahan distrik.
Dalam arahannya, Yahya Iyai menekankan bahwa kehadiran MRP Pokja Agama merupakan bentuk kepedulian terhadap kondisi sosial masyarakat. Ia ingin mendengar langsung aspirasi masyarakat untuk membangun perdamaian sejati yang berakar pada nilai budaya lokal.
“Saya datang menjaring suara rakyat melalui seruan Tetodei sebagai bentuk keprihatinan dan kepedulian terhadap masalah sosial yang ada di Dogiyai,” ujarnya.
Sementara itu, Kepala Distrik Kamu, Markus Auwe, menyampaikan apresiasi atas kunjungan dan perhatian MRP Pokja Agama kepada masyarakat Dogiyai. Ia menilai kegiatan ini sebagai langkah penting memperkuat komitmen bersama menuju Dogiyai yang damai dan bersatu.
“Kami mendukung penuh gerakan ini demi tanah kudus yang kita cintai,” tegasnya.
Dalam seruan Tetodei, para hamba Tuhan dan tokoh masyarakat menyampaikan sejumlah poin penting yang perlu segera diwujudkan. Mereka menyerukan penutupan pintu masuk minuman keras beralkohol, penghentian penambahan pasukan keamanan, serta pelarangan jual beli tanah adat. Ketiga hal ini dianggap menjadi sumber utama konflik sosial di Dogiyai.
Selain itu, seruan tersebut juga menekankan pentingnya pembinaan iman, mental, dan moral bagi semua lapisan masyarakat. Perlu dibuka lapangan kerja untuk pemuda-pemudi lokal agar kesejahteraan meningkat. Masyarakat juga diajak membangun dialog perdamaian dan melakukan rekonsiliasi di berbagai tingkatan sosial.
Para tokoh agama menegaskan bahwa damai bukan hanya kata, tetapi tindakan nyata yang harus diwujudkan bersama. Mereka mengajak semua pihak, pemerintah, gereja, adat, pemuda, dan Masyarakat, menjadi pelaku semangat Tetodei dalam kehidupan sehari-hari.
“Damai membutuhkan usaha, kesungguhan, dan langkah konkret,” ujar salah satu tokoh gereja.
Gerakan Tetodei diharapkan menjadi tonggak baru bagi masyarakat Dogiyai dalam menata kehidupan sosial yang rukun dan bermartabat. Dogiyai diharapkan menjadi contoh bagi wilayah lain di Tanah Papua. Kedamaian sejati hanya dapat lahir bila masyarakat sendiri aktif menjaga dan membangun kehidupan damai di tanah mereka.