DOGIYAI, JELATANEWSPAPUA.COM – Guru Seni Budaya Sekolah Menengah Pertama (SMP) YPPK Moanemani, Maria Eria mengatakan, pergelaran budaya untuk anak-anak di sekolah sangat penting. Pasalnya, budaya asli sudah semakin hilang dan dilupakan di tengah arus perkembangan zaman.
“Pergelaran seni budaya di sekolah untuk anak-anak sangat penting. Hari Sabtu (05/03) lalu, kami gelar pergelaran seni budaya untuk mau mengangkat budaya-budaya Mee yang sudah semakin dilupakan,” kata Eria di halaman SMP YPPK Moanemani, Dogiyai.
Eria menjelaskan, dalam rangka mempertahankan budaya, siswa kelas III diwajibkan untuk mengikuti ujian praktek seni budaya untuk siswa.
“Alangkah bagusnya, melalui lembaga pendidikan, kita semua guru bersatu untuk melestarikan sehingga anak-anak ini tidak lupa akan budayanya sendiri.”
Sementara ini, lanjut Eria, para nara sumber masih ada di kampung-kampung. Makanya anak-anak mencari sumber dari orang tua dan orang yang dituakan di kampung untuk menggali informasi lebih banyak untuk bisa melakukan dan melaksanakn upacara adat. Ini sangat penting. Dalam rangka melestarikan budaya.
Untuk SMP YPPK Moanemani, tambahnya, telah menjadi sebuah kewajiban untuk semua anak-anak mengambil bagian. Kepada para siswa dari suku lain, kami meminta agar mereka juga mengangkat budaya mereka sendiri.
Eria berharap, untuk kedepan tiap sekolah mesti menggelar seni budaya dengan melibatkan semua anak sekolah. “Sehingga, kecintaan terhadap budayanya sendiri tetap tertanam. Selain itu, budaya suku Mee itu terus terlestari pada masa yang mendatang,” harapnya
Ia juga meminta kepada pemerintah Dogiyai melalui dinas terkait, sesekali harus ada pergelaran budaya di tingkat SMP dan SMA pada hari-hari besar.
Ditempat terpisah, Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Moanemani, Dogiyai, Thobias Tigi mengatakan, sekolahnya juga sudah gelar seni budaya.
Menurutnya, seni budaya merupakan satu mata pelajaran yang disukai banyak anak.
“Setiap kali kami gelar seni budaya untuk anak-anak kelas III, saya lihat semua anak-anak sangat antusias mengikutinya,” kata Tigi
Dalam ujian praktek seni budaya tersebut, kata Tigi, anak-anak praktekan cara orang tua dulu adakan pesta pernikahan adat, cara meminang perempuan, pesta rakyat suku Mee atau Yuwo nai.
“Ini hal yang sangat membanggakan. Anak-anak masih menjaga nilai-nilai budaya. Sehingga, kami sangat berharap untuk kedepan, semua pihak bisa menjaga budaya Mee yang sudah mulai hilang,” katanya.
Lanjutnya, “Coba sekali-kali, dinas pendidikan dan kebudayaan buat pergelaran budaya tingkat anak-anak sekolah saja, biar kita tanamkan nilai-nilai budaya kepada anak-anak sebagai bekal kedepan.”
Tigi menjelaskan, selain seni budaya ada beberapa mata pelajaran yang dipraktekan anak didiknya, diantaranya; TIK, Muatan lokal (Mulok) di bidang Pertanian, Bahasa Indonesia tentang pembacaan pidato dan baca indah puisi, Bahasa Inggris tentang percakapan di dalam kelas.