Oleh: Marius Goo
Pengantar
Bahan Bakar Minyak (BBM) di wilayah Meuwo: Deiyai, Dogiyai Paniai kehabisan stok pasca bencana lonsor dan bajir di jalan trans Nabire-Dogiyai, tepatnya di KM 139 dan KM 141. Hampir semua Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBBU) di Meuwo: Bomomani, Mauwa, Watiyai dan Madi kosong seminggu. Akibatnya, penjualan BBM harga makin meningkat dan bahkan lebih dari kewajaran. Para penjualan eceran lebih mengutamakan keuntungan ekonomi dan lupa nilai dasar hidup manusia Mee, yakni cinta kasih, kebenaran dan kejujuran. Akibat dari harga BBM naik, ongkos ojek dan bahkan harga sembako pun dinaikkan. Persoalan ini butuh campur tangan semua pihak untuk melihat dan menanganinya secara bersama.
BBM dari SPBBU dan Penjualan Eceran
Bahan bakar minyak yang dimaksud dalam kontek Pertamina atau SPBBU di Meuwo adalah Bensin dan solar. BBM di setiap pertamina selalu memiliki stok dan di saat normal jarang terjadi persoalan dan semua aktivitas berjalan secara normal.
Penjualan eceran pun menjual dengan batas harga yang wajar, tidak melambung tinggi, paling kurang mencari untuk Rp. 5.000 Per Liter. Misalnya, membeli di pertamina 1 litar Rp. 10.000, dijual secara eceran di pinggir jalan Rp. 15.000. Membeli bensin seharga Rp. 15.000 per liter bagi pelanggan tidak masalah, karena penjual meng-antre dan menjaga jualan sebagai bagian dari mata pencaharian.
Selanjutnya, yang menjadi persoalan adalah penjual eceran membeli di SPBBU, dengan harga Rp. 10.000, selanjutnya dijual Rp. 20.000, bahkan lebih. Etika atau moralitas sebagai orang Mee (Papua) dapat dipertanyakan: di mana rasa kemanusiaan dan persaudaraan? Di mana cinta kasih dan nilai saling membantu? Seandainya, kendaraan yang dimiliki adalah orang kecil, mereka tidak bisa membeli BBM karena harga tinggi, lalu kendaraannya terkandas karena kena injektor, di mana rasa kasihan kita dan keadilan kita sebagai sesama manusia?
Utamakan selamatkan Kendaraan
Kendaraan yang dimiliki setiap orang Mee secara khusus dan pada umumnya orang Papua adalah milik Papua. Tugas semua orang Papua adalah saling menjaga dan merawat kendaraan yang dimiliki setiap orang Mee (Papua). Ketika salah satu kendaraan rusak karena tidak isi bensin berminggu-minggu, akibat bensin mahal yang rugi adalah semua orang Mee (Papua).
Setiap orang Mee (Papua) menumbuhkan sikap saling mendukung dan membangun gerakan “berjalan bersama”: “duduk sama rendah berdiri sama tinggi.” Dalam hal ini, menjual eceran BBM yang harganya melambung tinggi, sama artinya dengan menindas sesama rakyat yang miskin, yang tidak bisa membeli BBM karena tidak ada uang, karena itu akan tercipta gab: “yang kaya tetap kaya, yang miskin tetap miskin.”
Selamatkan kendaraan dari orang-orang kecil adalah pilihan pertama dan utama. Dalam usaha ini, pelayanan di SPBBU baik Bomomani, Mauwa, Watiyai dan Madi harus utamakan kendaraan, dan sekalipun melayani eceran, para penjual eceran wajib memiliki kesadaran untuk mengutamakan etika bisnis, yakni sama-sama baik penjual sendiri maupun pembeli sama-sama senang.
Akibat harga BBM naik Ongkos Ojek Naik
Para pengojek merasa rugi jika ongkos tidak dinaikkan, sementara harga BBM naik secara drastis signifikan. Ongkos ojek yang sebelumnya Rp. 15.000 dinaikkan menjadi Rp. 25.000; yang sebelumnya Rp. 30.000 dinaikkan menjadi Rp. 40.000, dst. Para pengojek menaikkan tarif harga tinggi karena memang harga BBM naik lebih dari batas kewajaran.
Harga BBM naik bukan dari SPBBU, melainkan dari penjual eceran di jalan, yang mencari keuntungan sangat besar dan tanpa ampun kepada rakyat miskin yang tidak bisa membelinya. Selain, orang miskin tidak bisa membeli BBM, mereka juga tidak bisa membayar ongkos ojek, akhirnya orang miskin tidak bisa buat apa-apa, setiap tujuan mereka tidak tercapai karena keterbatasan ongkos.
Butuh Peran Intelektual dalam Penyadaran
Kaum intelektual di Meuwo, yakni orang-orang Mee yang sudah sekolah tidak bisa membiarkan situasi saling menindas ini berkepanjangan. Sadarkan kepada rakyat bahwa berbisnis atau mencari uang itu penting dan harus tetapi menghormati nilai-nilai kebaikan, cinta kasih, kejujuran dan kepedulian sebagai sesama manusia jangan diabaikan.
Orang berpendidikan harus mampu membaca situasi dan harus hadir untuk membebaskan rakyat dari situasi-situasi menindas, kaos dan hancur-brantakan. Peran ini harus diemban setiap intelektualitas Mee, baik yang berdomisili di Meuwo maupun Intelektual Mee yang tinggal di luar Meuwo. Di bidang perdagangan dan perekonomian ini, dinas-dinas yang membidangi harus bertanggung jawab memberikan penyadaran bagi pelaku usaha.
Cinta Kasih dan Kemanusiaan lebih utama dari Uang
Uang bukan segalanya, walaupun untuk mendapatkan segalanya butuh uang. Slogan ini mau mengatakan, mencari uang secara halal dengan mengutamakan nilai-nilai kehidupan dan kebaikan bersama. Tidak dapat dibenarkan karena situasi tercipta demikian maka seenaknya menaikan harga sepihak: tanpa kesepakatan bersama.
Semua orang punya hak membangun usaha, tetapi tetap mengikuti aturan atau etika bisnis atau perekonomian. Lebih daripada itu, kegiatan perekonomian yang dilaksanakan harus menjunjung tinggi nilai-nikai kemanusiaan. Kasus-kasus penjualan eceran BBM yang menaikkan harga tinggi merupakan cerminan dari pemahaman yang salah terhadap perekonomian, yakni cara pikir kaum kapitalis, oligarki dan dominasi yang bertujuan menginjak-injak martabata manusia seperti yang saat ini dijalankan petinggi negara untuk menghancurkan alam Papua tanpa menghiraukan kehidupan dan keselamatan manusia.
Penutup
Kondisi BBM di Meuwo tidak baik-baik saja. Saat ini sangat marak sekali penjual eceran BMM mencari untuk tanpa kenal ampun dan kepedulian terhadap sesama rakyat kecil lainnya. Akibatnya, banyak kendaraan macet bahkan mesin terkandas karena tidak isi bensin. Banyak orangtua tidak melakukan perjalanan jauh karena ongkos ojek yang mahal.
Kenyataan ini harus disembuhkan (dipulihkan) oleh kita sendiri, dengan kesadaran dan gerakan bersama-sama. Dalam melakukan usaha harus mengutamakan kemanusiaan dan kehidupan. Mencari uang dengan cara yang tepat dan tanpa mengorbankan sesama yang lain. Baik jika, melakukan usaha dengan lebih mengutamakan cinta kasih, karena cinta kasih berasal dari Allah dan bahkan Allah sendiri cinta kasih, Deus Caritas Est.
Penulis adalah anak jalanan pencari kebijaksanaan di Meuwo