PANIAI, JELATANEWSPAPUA.COM – Ratusan Peserta wajah penuh semangat dan sukacita asal 8 Paroki se Dekenat Paniai tampak memenuhi kompleks Gereja Katolik Paroki Kristus Sang Penebus Dauwagu, Dekenat Paniai, Keuskupan Timika. Dari pagi hingga malam, nyanyian anak-anak, doa, dan teriakan yel-yel menggema di udara sejuk pegunungan tengah Papua. Semua bersatu dalam semangat misioner, ketika Temu Pembina Sekami (Serikat Kepausan Anak dan Remaja Misioner) se-Dekenat Paniai digelar dengan penuh kekeluargaan dan makna iman mendalam.
Kegiatan tahunan ini berlangsung selama tiga hari, 23–25 Oktober 2025, di Paroki KSP Dakabo, Fajar Timur, Paniai, Papua Tengah. Dengan tema “Berjalan Bersama dalam Pengharapan”. Tema tersebut diambil sejalan dengan semangat Gereja Katolik universal dalam memasuki tahun Yubileum 2025, sekaligus menjadi refleksi nyata bagi Gereja lokal di Dekenat Paniai untuk terus membangun harapan dan pelayanan pastoral bagi anak dan remaja di wilayah misi Papua.
Membangun Kader Pembina Iman Anak
Kegiatan Temu Pembina Sekami merupakan bagian dari program pastoral Komisi Karya Kerasulan Indonesia (KKI) Dekenat Paniai Keuskupan Timika, yang secara khusus berfokus pada pelayanan iman anak dan remaja.
Dalam jadwal panitia, kegiatan ini diikuti oleh lebih dari 200 peserta dari delapan paroki di wilayah Dekenat Paniai. Para peserta terdiri dari animator, animatris, guru agama, pembina Bina Iman Anak (BIA), serta pendamping Sekami dari berbagai paroki.
Baca Juga: KPA Paniai Gelar Penyuluhan HIV/AIDS bagi Temu Pembina Sekami di Paroki KSP Dauwagu Dekenat Paniai
Selama tiga hari, para peserta mendapat pembekalan melalui sejumlah materi formasi dan pelatihan pastoral yang disusun secara padat dan menyeluruh. Di antaranya:
1. Penyuluhan HIV/AIDS oleh Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Paniai, yang menekankan pentingnya kesehatan dan tanggung jawab sosial di tengah pelayanan anak.
2. Spiritualitas Pembina Iman oleh Pastor Gusti Elmas, Pr., yang mengajak para pembina untuk memperdalam relasi pribadi dengan Kristus sebagai dasar pelayanan.
3. Kitab Suci Sumber Bina Iman Anak oleh Pastor Yosep Setiadi, Pr., menyoroti pentingnya menjadikan Sabda Allah sebagai pedoman dalam mendampingi anak-anak.
4. Peran Pembina Iman Anak oleh Pastor Nicolaus Wakei, Pr., yang menggarisbawahi tanggung jawab moral dan teladan hidup seorang pendamping iman.
5. Metode Pembinaan Iman dan Kreativitas Anakoleh Tim KKI Dekenat Paniai, yang membekali peserta dengan teknik kreatif, permainan rohani, dan cara memimpin kegiatan BIA secara menyenangkan.
6. Kreativitas dan Simulasi Kelompok, termasuk lomba drama, yel-yel, ibadah kreatif, serta refleksi kelompok yang dipandu oleh Tim Animasi Pengacara.
Seluruh sesi ini dirancang untuk menumbuhkan semangat pelayanan yang menyenangkan, mendidik, dan berakar pada iman Katolik.
Anselma Doo selaku Koordinator KKI Dekenat Paniai, menyampaikan bahwa kegiatan ini merupakan bentuk konkret tindak lanjut dari arah pastoral Keuskupan Timika yang menekankan pembinaan iman sejak usia dini.
“Temu Pembina Sekami ini menjadi wadah untuk mempersiapkan para animator, animatris, dan pembina yang akan terlibat langsung dalam mendampingi anak-anak di paroki dan stasi,” jelas Anselma.
Ia menekankan bahwa peran para pembina bukan hanya mengajar doa atau nyanyian rohani, tetapi juga menanamkan nilai-nilai kasih, tanggung jawab, dan kepedulian sosial. “Kita ingin anak-anak Katolik di Papua tumbuh menjadi pribadi yang kuat dalam iman, cerdas, dan penuh cinta terhadap sesama,” tambahnya.
Dalam kesempatan itu, Anselma juga menyampaikan terima kasih kepada pastor paroki tuan rumah, panitia pelaksana, serta umat Paroki Kristus Sang Penebus Dauwagu, yang telah bekerja sama mendukung seluruh rangkaian kegiatan.
Ketua Panitia Pelaksana, Jimmi Kogopa, dalam laporannya menyampaikan rasa syukur atas kelancaran kegiatan yang berjalan baik dari awal hingga penutupan. Ia mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah berpartisipasi, termasuk tim KKI Keuskupan Timika, para pastor, dan umat paroki yang menyediakan tempat dan fasilitas.
“Kegiatan ini telah menghasilkan para pembina iman anak yang siap diutus. Kami berharap mereka kembali ke paroki dan stasi masing-masing untuk melanjutkan karya kerasulan ini,” ujar Jimmi.
Ia menambahkan, keberadaan pembina Sekami dan BIA sangat penting bagi masa depan Gereja di Tanah Papua. “Anak-anak adalah masa depan Gereja. Karena itu, para pembina harus menjadi teladan dan pelayan yang hadir dalam kehidupan mereka sehari-hari,” tegasnya.
Jimmi juga mengharapkan agar Keuskupan Timika, Dekenat Paniai, dan paroki-paroki terus memberi dukungan terhadap program-program pastoral anak dan remaja, agar semangat misioner ini terus tumbuh di seluruh wilayah.
Sementara itu, Pastor Yosep Setiadi, Pr., selaku Dekan sekaligus Pastor Paroki Kristus Sang Penebus Dauwagu, dalam sambutan penutupnya menyampaikan apresiasi tinggi kepada seluruh peserta, panitia, dan tim KKI.
“Saya bangga dan bersyukur karena kegiatan ini berjalan dengan sangat baik. Ini adalah bentuk nyata Gereja yang hidup dan penuh semangat,” ujar Pastor Yosep di hadapan ratusan peserta.
Ia menegaskan bahwa pelayanan terhadap anak-anak adalah jantung kehidupan Gereja. “Gereja yang hidup dimulai dari anak-anak yang beriman. Tugas kita adalah menuntun mereka agar mengenal Kristus sejak dini,” tegasnya.
Pastor Yosep juga mengingatkan bahwa tanggung jawab pembinaan iman bukan hanya milik para pembina, tetapi juga menjadi tugas bersama para imam, biarawan-biarawati, orang tua, dan umat paroki.
Sebagai puncak kegiatan, dilaksanakan ritus pengutusan bagi seluruh peserta. Para pembina Sekami berdiri dengan lilin menyala, sebagai simbol kesiapsediaan mereka untuk diutus ke paroki dan stasi masing-masing, membawa terang iman Kristus ke tengah anak-anak di tempat mereka.
Suasana Penuh Syukur dan Kebersamaan
Selain sesi materi dan pelatihan, kegiatan ini juga diwarnai dengan aneka lomba, penampilan seni, ibadah bersama, serta malam keakraban. Peserta dari berbagai paroki tampil dengan tarian daerah, lagu rohani berbahasa daerah, dan drama pendek bertema iman dan persaudaraan.
“Yang paling saya sukai adalah saat simulasi kelompok dan drama. Kami belajar bagaimana membuat kegiatan anak menjadi gembira tapi tetap mendidik,” ucap salah satu Pembina yang ikut dalam kegiatan itu.
Suasana akrab dan persaudaraan terasa kental di antara para peserta, meski mereka datang dari daerah yang berjauhan. Di akhir acara, seluruh peserta menyanyikan lagu “Sekami Berjalan Bersama” sambil berpegangan tangan, menandai komitmen bersama untuk terus melayani anak-anak dengan cinta dan pengharapan.
Membangun Harapan Gereja Papua
Temu Pembina Sekami se-Dekenat Paniai tahun 2025 menjadi momentum penting bagi Gereja Katolik di wilayah pegunungan tengah Papua. Melalui kegiatan ini, Gereja menegaskan kembali komitmennya untuk memberdayakan para pembina iman anak sebagai garda terdepan dalam karya kerasulan.
Dengan semangat “berjalan bersama dalam pengharapan”, para pembina diharapkan tidak hanya menjadi pengajar, tetapi juga sahabat, pendamping, dan saksi kasih Kristus bagi anak-anak Katolik di pelosok-pelosok Tanah Papua.
Kegiatan ini meneguhkan keyakinan bahwa harapan Gereja dan bangsa bermula dari anak-anak yang dibimbing dengan iman, kasih, dan keteladanan. (*)