DOGIYAI, JELATANEWSPAPUA.COM – Dalam rangka memperingati Hari Kebudayaan pada 17 Oktober 2025, Pemerintah Kabupaten Dogiyai melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Bidang Kebudayaan, resmi menggelar Sayembara Desain Batik Khas Dogiyai. Kegiatan ini bertujuan untuk melahirkan motif batik yang mencerminkan identitas budaya daerah sekaligus mendorong ekonomi kreatif masyarakat.
Kepala Bidang Kebudayaan, Natan Tebai, mengatakan bahwa sayembara ini menjadi langkah awal untuk menghadirkan batik khas Dogiyai yang dapat menjadi simbol kebanggaan dan potensi ekonomi bagi masyarakat lokal.
“Lomba ini kami selenggarakan agar Dogiyai memiliki batik khas yang menjadi identitas daerah dan bernilai ekonomi bagi masyarakat,” ujar Natan Tebai kepada Jelatanewspapua.com, Senin (06/10).
Dalam pelaksanaannya, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata menggandeng sejumlah organisasi dan lembaga usaha, seperti Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO), serta Serikat Petani Indonesia (SPI).
“Lembaga-lembaga ini berperan sebagai sekretariat umum kegiatan, sementara dinas akan menjadi sponsor utama dalam beberapa rangkaian acara,” tambah Natan.
Sayembara ini terbuka bagi seluruh masyarakat Papua, terutama seniman dan penggiat batik, untuk menampilkan kreativitas dan inovasi dalam menciptakan motif yang menggambarkan kekayaan budaya Dogiyai.
Sebagai ketua tim juri, panitia menunjuk Edmar Ukago, seniman senior asal wilayah Mepago yang dikenal berpengalaman dan memiliki reputasi tinggi di bidang seni dan kebudayaan Papua.
“Saudara Edmar memiliki kompetensi yang mumpuni. Kami berharap hasil penilaiannya nanti mampu melahirkan karya berkualitas dan berkarakter,” ungkap Natan.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Dogiyai, Stevanus Tebai, dalam wawancara terpisah menegaskan dukungannya terhadap kegiatan tersebut sebagai upaya memperkuat identitas budaya Dogiyai melalui seni batik.
“Kami ingin Dogiyai memiliki ciri khas tersendiri dalam dunia batik. Ini bukan sekadar lomba, tetapi langkah nyata melestarikan nilai budaya lokal dan menggerakkan ekonomi kreatif berbasis kearifan lokal,” tutur Stevanus Tebai.
Ia menambahkan, sayembara ini diharapkan menjadi ruang kolaborasi antara pelaku seni, pengusaha muda, dan masyarakat untuk mengangkat potensi budaya Dogiyai ke tingkat nasional.
“Dogiyai kaya akan simbol dan makna budaya. Jika dituangkan dalam batik, itu bisa menjadi warisan visual yang membanggakan bagi generasi mendatang,” tutup Stevanus.