PAPUA, JELATANEWSPAPUA.COM – Kedatangan Negara Indonesia di Tanah Papua untuk menduduki dan menjajah pernah dinubuatkan oleh seorang tetua di Meepago bahwa: “Banyak orang akan datang ke Tanah Papua. Mereka akan menduduki dan menguasai Tanah Papua. Jumlah mereka banyak sekali ibarat daun cemara yang sangat banyak. Mereka pada umumnya berwatak keras dan tidak mau kompromi, tetapi lama barulah ke luar dari Papua“.
Baca Juga: Kenang Kematian Paus Fransiskus, Umat Katolik di Enarotali Pasang 1000 Lilin
Sudah 60 tahun bangsa Papua dianeksasi ke dalam NKRI. Tanggal 1 Mei 1963 bangsa Papua diserahkan oleh badan PBB (UNTEA) menyerahkan Papua ke dalam pangkuan NKRI.
Baca Juga: MRP Papua Tengah Jaring Aspirasi Masyarakat Paniai
Nubuatan seorang tetua di Meepago itu terbukti bahwa Negara Indonesia sejak 1 Mei 1963 datang menduduki dan menguasai Tanah Papua.
Baca Juga: Gubernur Bersama 8 Bupati di Papua Tengah Hadiri Acara Sertijab Kepala BPK Perwakilan Papua
Dari pengalaman hidup bangsa Papua bersama NKRI selama 60 tahun terbukti bahwa kebanyakan orang Indonesia berwatak keras dan tidak bisa kompromi.
Baca Juga: SMTK Habakuk Woge Dogiyai Menamatkan 26 Siswa
Negara Indonesia yang bermental baja memperlakukan bangsa Papua bagai binatang buruan. Menduduki dan menjajah adalah tabiat kolonial. Negara Indonesia menduduki dan menjajah bangsa Papua sudah 62 tahun.
Baca Juga: Pemkab Dogiyai Mendukung Persido Berlaga di Kompetisi Liga 4 Papua Tengah
Desakan bangsa Papua dan masyarakat Internasional untuk membuka ruang dialog yang difasilitasi oleh pihak ketiga yang netral tidak direspon oleh Negara Indonesia.
Baca Juga: Dorong Ekonomi Rakyat, Kadis DPMK Intan Jaya Borong Jualan Mama-mama Papua
Negara Indonesia berusaha menghindari desakan dialog yang bermartabat dan secara agresif menempuh pendekatan keamanan yaitu operasi militer dan penegakkan hukum. Semua kebijakan Jakarta yang diambil khusus untuk mengatasi masalah Papua tidak pernah menyentuh akar konflik di Tanah Papua.
Baca Juga: Aula Kantor Bupati Dogiyai Terbakar, Penyebabnya Belum Diketahui
Akar masalah Papua adalah distorsi sejarah politik bangsa Papua yaitu aneksasi bangsa Papua secara sepihak ke dalam NKRI, yang diawali dengan maklumat Tiga Komando Rakyat (TRIKORA) pada 19 Desember 1961 oleh presiden, Soekarno.
Baca Juga: Bupati Yudas Tebai Ajak Masyarakat Bersinergi Bangun Dogiyai
Selama ini Negara Indonesia selalu mengatakan bahwa ‘Papua dalam NKRI sudah final dengan adanya resolusi PBB 2504 pada 1969′. Negara Indonesia tidak membuka ruang dialog dengan bangsa Papua untuk menyelesaikan segala permasalahan yang terjadi, lebih khusus distorsi sejarah politik bangsa Papua yang terjadi antara 1961 sampai 1969.
Baca Juga: KPU Dogiyai Bilang Masalah Perselisihan Hasil Pemilihan Telah Selesai di MK
Segala kebijakan yang diambil oleh pemerintah Indonesia tanpa kompromi dengan bangsa Papua. Misalnya kebijakan Undang Undang Nomor 21 tahun 2001 tentang Otonomi Khusus Papua yang dipaksa diterapkan di Papua adalah produk Jakarta yang lahir secara sepihak untuk meredam aspirasi politik Papua Merdeka. Tetapi penerapan UU Otonomi Khusus Papua tidak mampu meredam aspirasi Papua Merdeka.
Baca Juga: Gedung Gereja GKI Harapan Abepura Diresmikan
Watak keras kepala yang tidak akan kompromi yang dinubuatkan oleh tetua adat di Meepago benar terbukti. Selama ini Negara Indonesia menghalalkan segala cara untuk mempertahankan bangsa Papua dalam bingkai NKRI.
Baca Juga: AJI Jakarta dan LBH Pers Desak Polisi Usut Teror Perusakan Mobil Jurnalis Tempo
Tetapi Indonesia tidak akan menduduki selamanya di Tanah Papua. Karena Tanah Papua ada dalam rencana dan ketetapan Tuhan. Para tetua adat tertentu di Tanah Papua sudah menubuatkan bahwa bangsa Papua akan merdeka berdaulat menjelang kedatangan Tuhan yang kedua kali ke dunia.
Baca Juga: AWP Gelar Pelatihan Pengelolaan Media Online
Ini juga menggenapi nubuatan para misionaris. Pendeta Izaak Samuel Kejne pernah bernubuat tentang masa depan Papua. “Di atas batu ini saya meletakkan peradaban orang Papua. Sekalipun orang yang berkepandaian tinggi, akal budi dan marifat, tetapi tidak dapat membangun negeri ini. Bangsa ini akan bangkit untuk membangun dirinya sendiri”, Automeri – Wondama, 25 Oktober 1925.
Baca Juga: Ajak ASN Aktif Berkantor, Pj. Bupati Dogiyai Kunker ke Distrik Mapia dan Dogiyai
Nubuatan Pendeta I. S. Kejne sungguh terbukti bahwa sudah tiga bangsa menduduki Tanah Papua (Belanda, Jepang dan terakhir Indonesia) untuk membangun Peradaban Orang Papua, tetapi gagal total. Pada waktu-Nya Negara Indonesia juga akan segera angkat kaki dari Tanah Papua atas pertolongan Tuhan.
Baca Juga: Kominfo Paniai Sediakan WiFi Gratis bagi Calon CPNS 2024
Juga ada seorang Pastor Katolik Misionaris Belanda, yang pernah bertugas di Moanemani “Pater Reigro, OFM” pada tahun 1970-an. Pater Reigro pernah menceriterakan kepada Bapak Germanus Bobii, tentang nubuatan dari para nenek moyang Pater Reigro, tentang suatu etnik bangsa, dan (pater Reigro meyakini bahwa bangsa itu Papua), yang sudah ditentukan Tuhan, yang akan dibangkitkan oleh Allah menjelang akhir zaman. Pater Reigro menceritakan bahwa kami datang ke Tanah Papua dengan petunjuk Tuhan, untuk persiapkan orang Papua, karena menjelang akhir zaman, Allah akan bangkitkan dan memberi kesempatan kepada bangsa Papua untuk memimpin. Beliau juga mengatakan bahwa kami akan pulang ke tanah kelahiran kami, tetapi suatu saat (pada waktu Tuhan), kami akan datang kembali ke tanah ini.
Baca Juga: Mengapa Kenyataan Terasa Begitu Pahit? Hai Tanah Papua
Selain itu, dalam suatu pertemuan yang digelar selama tiga hari di Kampung Gakokebo, pada 1980-an, Pendeta Troutman menyampaikan: “Tuhan sudah menyiapkan masa depan bagi bangsa Papua; ada rencana Tuhan yang indah untuk negeri ini”. Beliau juga mengatakan: “Dalam waktu dekat ini kami akan kembali ke tanah air kami, tetapi suatu saat kami akan kembali ke tanah Papua”. Masih banyak nubuatan lain. Nubuatan-nubuatan ini sedang dalam proses pengenapan.
Oleh: Selpius Bobii, Koordinator Jaringan Doa Rekonsiliasi untuk Pemulihan Papua (JDRP2) // 1 Mei 2025