PANIAI, JELATANEWSPAPUA.COM – Suara deras air Kali Aga terdengar dari kejauhan. Di atasnya terbentang jembatan kayu yang sudah lapuk, papan-papan penyangga tampak miring dan sebagian berlubang. Meski berisiko tinggi, setiap hari warga tetap melintasi jembatan itu demi menuju kebun, mengambil kayu bakar, atau menyeberang ke kampung sebelah.
Jembatan kayu Kali Aga, yang menghubungkan kampung Bodatadi menuju Kobetakaida, kini mengalami kerusakan parah. Jembatan ini menjadi jalur vital bagi warga dari berbagai kampung dan suku di sekitar Distrik Fajar Timur dan Youtadi, Kabupaten Paniai, Papua Tengah.
“Jembatan ini sudah rusak parah, setiap kali menyeberang kami takut terpeleset dan hanyut,” kata TN, masyarakat Suku Wolani yang ditemui di lokasi, Sabtu (25/10).
Kali Aga bukan satu-satunya yang mengalami kerusakan. Jembatan Etogei Obaipo Sagita, yang berada tak jauh dari sana, juga rusak berat. Jembatan ini menjadi penghubung penting bagi tiga suku besar di wilayah itu: Suku Wolani, Moni, dan Mee.
Bagi masyarakat di Distrik Youtadi, Kabupaten Paniai, jembatan Etogei Obaipo Sagita merupakan urat nadi ekonomi dan sosial. Setiap hari, warga menyeberang membawa hasil kebun, belanja kebutuhan pokok, atau sekadar berkunjung ke keluarga di kampung seberang.
“Orang Moni dan Wolani dari Youtadi sering lewat sini untuk ke pasar dan beli barang. Kami orang Mee juga pakai jembatan ini untuk ke kebun, ambil kayu bakar, atau buat pagar,” ungkap seorang masyarakat Distrik Fajar Timur.
Kondisi jembatan yang lapuk kini menjadi ancaman serius. Sebagian papan sudah terlepas dari penyangga, sementara tali pengikatnya nyaris putus. Saat musim hujan tiba dan debit air meningkat, arus Kali Aga kerap deras dan menimbulkan bahaya bagi siapa pun yang menyeberang.
Masyarakat yang setiap hari melewati jembatan itu, mengaku sering merasa gelisah. “Kalau hujan dan arus besar, jembatan ini goyang. Kami takut hanyut di Kali Aga,” katanya penuh khawatir.
Ia berharap agar pemerintah Kabupaten Paniai, segera turun tangan memperbaiki jembatan tersebut sebelum terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
“Kami mohon Pemda Paniai perhatikan, karena jembatan ini sangat penting bagi kami semua,” pintanya.
Masyarakat berharap Pemerintah Kabupaten Paniai maupun Pemerintah Provinsi Papua Tengah bisa segera memperbaiki jembatan-jembatan tersebut. Selain itu, masyarakat juga meminta agar dibangun jalan penghubung antara Distrik Fajar Timur dan Distrik Youtadi, agar akses masyarakat semakin mudah dan aman.
“Kalau ada jalan yang bagus, kami bisa bawa hasil kebun lebih cepat ke pasar. Sekarang harus jalan kaki dan seberang sungai pakai jembatan rusak,” ujar salah satu ibu rumah tangga yang ditemui di lokasi.
Menurut warga, perbaikan jembatan dan pembangunan jalan penghubung tidak hanya akan mempermudah aktivitas ekonomi, tetapi juga memperkuat hubungan sosial antarwarga lintas distrik dan suku.
Kali Aga dan Etogei Obaipo Sagita sejatinya menjadi jalur penting bagi masyarakat lokal. Namun selama bertahun-tahun, infrastruktur dasar di kawasan ini belum mendapat perhatian serius. Akibatnya, masyarakat harus menghadapi risiko setiap berjalan kaki 8 jam ke tujuan mereka untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.
“Jembatan ini bukan hanya papan yang disusun, tapi harapan kami untuk tetap bisa berhubungan dengan dunia luar,” kata TN dengan lirih.
Masyarakat berharap agar suara mereka didengar. Karena bagi masyarakat di pedalaman Papua, jembatan bukan sekadar bangunan kayu di atas sungai melainkan simbol penghubung antara harapan dan kehidupan.