Oleh: Marius Goo S.S., M.Fil
Pengantar
Banyak orang mengatakan menulis itu susah-susah gampang, juga gampang-gampang susah. Artinya gampang tapi susah juga, atau susah tapi gampang pula. Alasannya akan kita bicarakan sebentar bersama-sama. Namun yang jelas bahwa menengok dunia tulis ada satu kebutuhan mendasar bagi kaum akademisi yang tergolong di dalam “dunia pendidikan.” Orang berpendidikan dengan tujuan tahu baca dan tulis. Maka, diawal pembahasan dapat dikatakan, “pernah berpendidikan namun tidak tak tahu tulis baca, tidak berbeda dengan yang tidak pernah berpendidikan.”
Dunia Tulis-Menulis
Penulis dan dunia tulis-menulis itu ibarat para petani dengan kebun yang dibuatnya setiap saat. Jika petani tidak pernah berkebun, tidak bisa disebut atau tidak bisa dilabeli sebagai petani. Petani dan kebun seperti uang mata koin bersebelahan. Pembelajar, dalam arti ini mahasiswa dengan dunia tulis-menulis tidak dapat dipisahkan. Menulis adalah kegiatan merangkai kata untuk menyatukan atau menghubungkan ide-ide yang berserakan menjadi satu-kesatuan yang tak terpisahkan melalui kalimat-kalimat. Seorang penulis dikatakan penulis bila dapat menuliskan pandangannya secara lebih runtut, indah, sempurna, utuh dan menyenangkan. Maka menulis itu butuh ketelitian yang hati-hati dengan mengindahkan kaidah-kaidah bahasa baku yang berlaku.
Dunia tulis-menulis adalah dunia penuh teka-taki penuh dengan permainan kata, kalimat dan paragraf, yang di dalamnya memiliki ide-ide baik ide pokok maupun ide-ide pendukung. Karena itu dibutuhkan kemampuan berbahasa yang logis, tersistematis, komprehensif, koheren dan metode yang baik dan benar. Menulis yang baik dan benar dapat saja terjadi jika, memiliki kebiasaan membaca yang banyak dan memiliki wawasan yang luas.
Pentingnya Tulis-Menulis
Pentingkah menulis itu? Menjawab pertanyaan ini, perlu kesadaran dari masing-masing orang berdasarkan konteks keberadaannya baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat dalam konteks. Sebagai pribadi pembelajar, di dunia akademis: sebagai dosen maupun mahasiswa dapat dikatakan bahwa menulis adalah bagian terpenting dan terutama yang tidak dapat dielakan. Jika dunia tulis-menulis tidak disukai atau disenangi oleh mahasiswa, apalagi tidak dihidupi “jiwanya akan tersiksa.”
Di dunia kampus, tulis-menulis itu bagian terpenting dan terutama. Karenanya, entah suka atau tidak suka, mau atau tidak mau, tertarik atau tidak tertarik sebagai seorang mahasiswa harus menghidupi dan menghidupkan kebiasaan tulis-menulis. Sarana-sarana pendukung harus dimiliki dalam usaha pembiasaan.
Saat ini dunia tulis-menulis telah menjadi tempat strategis yang tepat untuk mencari dan sekaligus mendapatkan uang. Lebih dari itu, melalui tulis-menulis dapat mengobati rasa stres dan tertekan dalam hidup karena dapat dituangkan secara tertulis, diolah melalui kata-kata yang diungkapkan dengan menulis.
Mengapa Dunia Tulis-Menulis itu Penting?
Selama ini ungkapan “tulis-menulis itu penting” didengarkan atau diperdengarkan hampir setiap saat, terutama di ranah-ranah akademis. Walaupun disampaikan demikian, sering alpa diberikan metode memulai dan sekaligus menghidupinya. Disampaikan menulis itu penting merupakan hal yang harus diapresiasi dan harus mendapatkan dukungan dari yang mendengarkan dengan menghidupkan setiap saat. Menulis bukan saja penting tetapi sangat mendesak dan hukumnya “imperatif”.
Menulis bersifat imperatif, maka setiap pemberi motivasi tidak hanya tebar ide dan dorongan tanpa langkah dan metode, tetapi harus diberikan pula metode yang tepat dengan langkah-langkah konkrit, menyampaikan dari mana memulai dan bagaimana menghidupinya.
Sebelum kita melihat langkah-langkah juga metode menulis, kita perlu mengetahui alasan-alasan pentingnya menulis. Mengapa menulis itu penting? Pertama, Karena menulis itu bagian penting dan tak terpisahkan dari kehidupan kampus (sekolah); Kedua, Karena menulis itu bagian terpenting dari hidup, dalam bahasa P. Neles Tebai, “Angkat Pena demi Hidup, (dialog)”; Ketiga, Karena menulis itu perpanjangan lidah atau mulut hingga tembus ke seantero dunia, supaya dilihat dan ditanggapi; Keempat, Karena menulis itu obat menghilangkan rasa stres dan tertekan, dengan cara menguangkan atau mengungkapkan apa yang dipikirkan dan dirasakan melalui bahasa tertulis.
Karena menulis itu penting, maka untuk membiasakan penulis menjadi bagian dari hidup, perlu diketahui cara dan metode menulis. Walaupun setiap jenis menulis memiliki kaidah dan caranya masing-masing, memiliki kesamaan, yakini setiap kata yang digunakan selalu sama baik kata dasar maupun kata berimbuhan.
Tiga LangkaH menjadi Penulis
Menjadi penulis itu bukan hanya susah-susah gampang tetapi, sebaliknya gampang-gampang susah. Tiga langkah di bawah ini adalah sekian banya langkah yang sering ditawarkan. Kami merasa tiga langka menjadi penulis ini menjadi dasar:
Pertama, Membaca terus-menerus. Langkah pertama dan utama menjadi penulis adalah menjadi pembaca. Menjadi pembaca yang kontinu dan konsisten, secara tidak langsung menjuju penulis yang kompten. Dengan membaca, pembaca memperbanyak perbendaharaan kata dalam otak, sehingga ketika menuliskan sesuatu tidak kehilangan fokus sesuai langkah-langka atau metode penulisan.
Kedua, Memulai Menulis. Langkah selanjutnya adalah berani memulai menulis. Seorang penulis tidak akan pernah menjadi penulis jika tidak berlatih dan tidak memulai menulis, mulai dari membuat sebuah frase, kalimat hingga beberapa paragraf yang akhirnya menjadi satu berita, artikel atau sebuah tulisan utuh.
Ketiga, Kebiasaan Menulis setiap saat. Selanjutnya, jika telah memulai menulis, kegiatan menulis ini harus dibiasakan dan dilakukan terus-menerus. Dunia tulis menulis menjadi bagian dari hidup yang tidak terpisahkan.
Penutup
Untuk memulai menulis, penulis harus pertama-tama menjadi pembaca yang budiman. Membaca adalah awal memulai menjadi penulis. Menulis harus dimulai dengan berani memulai. Selain keberanian, butuh juga kemampuan. Menulis itu ibarat orang melatih membawa kendaraan, keberanian adalah modal utama untuk tahu membawa kendaraan. Demikian pun dengan menulis, menulis butuh keberanian. Setelah menulis penulis tidak malu, tidak takut dengan omongan dan sindiran orang. Penulis yang handal mulai dari hal yang biasa dan kecil, berusaha menjelaskan yang biasa dan sederhana dengan kaidah-kaidah bahasa yang baik dan benar (baku).
Menulis itu butuh pembiasaan dan harus menjadi kebiasaan. Ketika satu hari tidak berlatih menulis, rasa ada yang kurang, seperti seorang merasa lapar ketika satu hari tidak makan. Menjadi penulis yang baik harus berlatih terus-menerus, harus tekun dan konsisten.
Dunia kita butuh penulis. Menulis harus menjadi habitat, kebiasaan yang terus-menerus dihidupkan sepanjang hidup. Penulis dapat hidup 1000 tahun karena ide-ide ditinggalkan, namanya dikenang walaupun raganya direnggut dunia yang ganas. Penulis meninggalkan nama dan ide-ide melalui buku yang ditinggalkan.
Penunulis adalah Dosen STK “Touyee Paapaa” Deiyai, Papua