ADVERTISEMENT
  • Home
  • Berita
    • Internasional
    • Nasional
    • Papua
    • Pelosok
  • Artikel Opini
  • Hukum HAM
  • Kesehatan
  • Lingkungan
  • Pendidikan
  • Pers RIlis
  • Ragam
  • Religi
  • Seni Budaya
  • Sosial Ekonomi
  • Wawancara
JELATA NEWS PAPUA
JELATA NEWS PAPUA
  • Home
  • Ragam

    MRP Provinsi Papua Tengah Gelar KKR Seruan Damai di Kabupaten Paniai, Papua Tengah

    Tim Pencaker Kode R Papua Tengah Desak Pemerintah Prioritaskan CASN OAP

    KORMI Mimika Sukses Gelar Gar Free Day, Warga Antusias Nikmati Olahraga & Hiburan 

    Ikuti HAN 2025 di Nabire, Ini Pesan Ny. Tri Tito Karnavian

    Tutup Raker dan Musorprov KONI Papua Tengah, Gubernur: Kami Siap Bekap Ketua Terpilih

    Pemda Kabupaten Paniai Resmi Launching Festival Danau Paniai

    Segera Hentikan Operasi Tambang Emas Ilegal di Kampung Mogodagi

    1 Mei Bagi Papua Hari Aneksasi, Bukan Integrasi

  • Berita
    • All
    • Internasional
    • Nasional
    • Papua
    • Pelosok

    Pengambilan Sumpah Jabatan Kabid IDP Kanwil Kemenham Aceh, Dr. Menase Kadepa Resmi Dilantik

    Marten Yogi dan Marius Kayame Rayakan Syukuran Bersama Wisudawan USWIM dan Anggota DPRK Paniai

    IPMB Rayakan Wisuda Mikerla Iyai, S.T: Bukti Perjuangan Mengalahkan Tantangan

    Bupati Paniai Resmi Melantik Pengurus APINDO Kabupaten Paniai, 2025-2030, Begini Hadapannya!

    Apel Gabungan di Dogiyai, Asisten I Soroti Kinerja dan Keamanan

    Distrik Kamuu Selatan Gelar Apel Bersama: Bukti Nyata Implementasi Arahan Bupati Dogiyai

    Senator Papua Tengah Apresiasi Peran Sultan Tidore dalam Sejarah Masuknya Injil ke Tanah Papua

    KOMAM-Paniai Keluarkan Himbauan Umum Terkait Penolakan Militer, Siapkan Aksi Jilid III 17 November 

    Dinkes Paniai Gelar Bimbingan Teknis Penguatan Layanan HIV/AIDS dan Penyakit Menular

  • Artikel Opini
    • All
    • Startup

    Victor Yeimo: Evaluasi Kritis 63 tahun UNCEN: Pengetahuan, Kekuasaan, dan Penjajahan

    Rambut Putih, Cahaya Tak Padam: Kesaksian Elias tentang Pastor Nato Gobay

    Sagu: Sumber Kehidupan dan Identitas Budaya Masyarakat Sentani

    Satu Abad Nubuat I.S Kijne, Victor Yeimo : Papua Hanya Akan Bangkit Bila Memimpin Dirinya Sendiri

    Festival Budaya Paniai: Menyalakan Kembali Api Warisan Leluhur

    Dari Jalanan Menuju Kepemimpinan: Bupati Paniai Dekat dengan Anak-Anak Jalanan

    Aktivis Kemanusiaan Papua : Orang Papua Ingin Merdeka di Atas Tanahnya Sendiri

    Belajar dari Beberapa Perempuan Pondasi Gereja dan Bangsa

    Sejarah Mencatat: Yampit Nawipa Hadirkan Artis Legendaris PNG di Ajang HUT Paniai Ke-29

  • Hukum HAM

    Palang Merah Internasional Diminta Evakuasi Pengungsi di Bintuni dan Maybrat Pasca Pendropan Militer Indonesia

    Ikatan Pelajar Mahasiswa Mimika se-Jawa Bali Kecam Kekerasan di Distrik Jila

    Koalisi Penegak Hukum dan HAM Papua Desak Negara Ungkap Keberadaan Aristoteles Masoka yang Hilang 24 Tahun Lalu

    YKKMP: Dua Warga Diduga Dihilangkan Secara Paksa Pasca Operasi Militer di Lanny Jaya

    Forum Independen Mahasiswa West Papua Kecam Militerisasi dan Eksploitasi di Tanah Papua

    SKP Se-Papua Serukan Hentikan Operasi Militer dan Evaluasi Proyek Strategis Nasional di Tanah Papua

    Anak Kecil Ditembak TNI di Intan Jaya, Masyarakat Bergerak Selamatkan Korban Ke RUSD

    Kontak Tembak di Intan Jaya, 3 Anggota TPNPB Tewas, Warga Mengungsi

    Tim Kemanusiaan Papua Ungkap Dugaan Penghilangan Paksa dan Krisis Pengungsi di Lanny Jaya

  • Kesehatan

    Dinkes Paniai Gelar Bimbingan Teknis Penguatan Layanan HIV/AIDS dan Penyakit Menular

    HKN ke-61, Dinkes Dogiyai Ajak Masyarakat Hidup Sehat dan Pengobatan Gratis

    Sosialisasi HIV/AIDS di GPDI Enarotali: Gereja dan KPA Paniai Bersatu Menangkal Stigma dan Meningkatkan Kesadaran Umat

    Bupati Dogiyai Teken Komitmen Akreditasi RSUD Pratama Dogiyai

    Kerawam Teluk Cenderawasih Gelar Seminar Kesehatan Bahas Dampak Makanan dan Minuman Kemasan

    Misi Kemanusiaan dari Rumah Tuhan: KPA Paniai Sosialisasi HIV/AIDS di Gereja GKI Jemaat Betlehem Madi 

    Warga Keluhkan Pelayanan RSUD Paniai: “Tidak Seperti Dulu Saat dr. Agus Pimpin”

    KPA Paniai dan KPA Provinsi Papua Tengah Gelar Konsolidasi Supervisi Program Kerja Sinergi Penanggulangan HIV/AIDS

    KPA Paniai Gelar Penyuluhan HIV/AIDS bagi Temu Pembina Sekami di Paroki KSP Dauwagu Dekenat Paniai 

  • Lingkungan

    KOMAM-Paniai Keluarkan Himbauan Umum Terkait Penolakan Militer, Siapkan Aksi Jilid III 17 November 

    Tokoh Pemuda Distrik Kebo dan Yagai Desak Pemerintah Hentikan Rencana Pendropan Militer

    Tani Merdeka Papua Tengah Bidang Peternakan gelar Sosialisasi, Empat Distrik di Nabire Jadi Sasaran

    Sosialisasi Pendataan Dimulai, Yulius Uti Bangun Kekuatan Petani Lagari Jaya, Nabire 

    Kepala Distrik Tigi Timur, Yulianus Doo Dapat Pujian Warga Usai Bantu Orang Tua Tak Berdaya

    PAPERA Kabupaten Deiyai Gelar Sosialisasi Bersama Masyarakat

    Kadis Kamuu Selatan Tinjau Muara Kali Edege, Bupati Dogiyai Rekrut Honorer Pembersih Sampah

    Tani Merdeka Deiyai Mulai Sosialisasi Perdana di Distrik Tigi Timur

    KNPB Tanggapi Pernyataan Jubir TPNPB Sebby Sambom: Serukan Persatuan, Tolak Perpecahan

  • Pendidikan

    Marten Yogi dan Marius Kayame Rayakan Syukuran Bersama Wisudawan USWIM dan Anggota DPRK Paniai

    IPMB Rayakan Wisuda Mikerla Iyai, S.T: Bukti Perjuangan Mengalahkan Tantangan

    Dari Rumah Pribadi ke Sekolah Negeri: Perjuangan Panjang TK Waikato Paapaa Aikai Akhirnya Berbuah Manis

    TK Negeri Waikato Paapaa Aikai Gelar Kegiatan Parenting dan Pembagian Seragam untuk Peserta Didik

    Kemendikdasmen Resmi Buka Seleksi PPG Calon Guru 2025, Pendaftaran Dimulai 14 Oktober

    Sistem Pendidikan Era Otsus di Tanah Papua

    Peran Guru Dalam Mengelola Kurikulum Deep Learning Berbasis Kontekstual Papua

    Kepala Kampung Idakotu Salurkan Bantuan Dana untuk Siswa SMKN 1 Dogiyai

    Ambrosius Tigi Salurkan Beasiswa untuk Pelajar dan Mahasiswa Asal Kampung Kimupugi

  • Religi

    Biro Pemuda Klasis Nabire Gelar Ibadah Bulanan, Pengkhotbah: Ajak Pemuda Bertobat Sebelum Hari Penghakiman

    Perayaan HUT ke-16 Jemaat Pos PI Maranatha Gereja Kingmi Berlangsung Penuh Sukacita dan Kebersamaan

    Pemda Fakfak Dukung Perayaan 132 Tahun Misi Katolik di Tanah Papua

    Pembinaan Karakter dan Iman, Paroki KSP Dakabo Jadi Tuan Rumah Temu Pembina SEKAMI Dekenat Paniai 

    Pemuda Gereja Kingmi di Tanah Papua Rayakan 50 Tahun Biro Pemuda-Pemudi Klasis Kamuu

    Panitia Perayaan 132 Tahun Misi Katolik di Tanah Papua Resmi Terbentuk

    MRP Pokja Agama Serukan “Tetodei” di Dogiyai: Damai Harus Datang dari Hati Masyarakat Sendiri

    Perjuangan Yang Panjang Akhirnya Uskup Manokwari-Sorong Resmikan Gereja Santo Yoseph Pekerja Brongkendik

    FKUB Kab. Dogiyai Salurkan Bantuan untuk Gereja Katolik Stase Sta. Maria Magdalena Putapa

  • Video
No Result
View All Result
JELATA NEWS PAPUA
No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
  • Artikel Opini
  • Internasional
  • Nasional
  • Papua
  • Pelosok
  • Hukum HAM
  • Kesehatan
  • Lingkungan
  • Pendidikan
  • Pers RIlis
  • Ragam
  • Religi
  • Seni Budaya
  • Sosial Ekonomi
  • Wawancara
Home Artikel Opini

Rasisme Terhadap orang Papua: “Kejahatan Kemanusiaan”

(Sebuah Refleksi - Melawan Lupa, Surabaya - Agustus 2019)

by Redaksi
9 Agustus 2024
in Artikel Opini

Stop Rasis

0
SHARES
255
VIEWS
Share on FacebookShare on Twitter

Oleh: Honny Pigai

Rasisme adalah salah satu bentuk penindasan yang telah lama mencemari hubungan antar manusia. Di mana pun ada rasisme di situ meninggalkan luka yang mendalam, mengikis kemanusiaan, dan menimbulkan perpecahan dalam masyarakat. Di Indonesia, rasisme terhadap orang Papua adalah salah satu contoh paling mencolok dari bagaimana prasangka rasial dapat menciptakan penderitaan yang mendalam dan berkelanjutan. Rasisme ini bukan sekadar ketidakadilan sosial, tetapi telah mencapai tingkat kejahatan kemanusiaan, merusak martabat, identitas, dan hak-hak dasar manusia dari warga Papua.

Diskriminasi Rasial

Papua adalah wilayah dengan sejarah yang kompleks dan sering kali tragis. Sejak integrasinya ke Indonesia pada tahun 1969, warga Papua telah mengalami berbagai bentuk diskriminasi rasial. Diskriminasi ini bermula dari prasangka dan stereotip yang merendahkan orang Papua sebagai “berbeda” “hewan”dan “terbelakang,” berdasarkan warna kulit, ciri fisik, dan budaya mereka. Stereotip ini digunakan untuk melegitimasi marginalisasi dan pengucilan mereka dari kehidupan sosial, ekonomi, dan politik di Indonesia.

Human & Safety

Baca Juga: ULMWP Mengecam Sejumlah Aksi Penembakan di Papua

Selama bertahun-tahun, orang Papua telah dijadikan objek diskriminasi di berbagai bidang. Di tempat-tempat umum, sekolah, dan tempat kerja, warga Papua sering kali menghadapi perlakuan yang tidak adil, pelecehan verbal, dan kekerasan fisik. Rasisme terhadap orang Papua juga terwujud dalam bentuk kebijakan pemerintah yang diskriminatif, seperti kurangnya akses terhadap pendidikan berkualitas, layanan kesehatan, dan peluang ekonomi. Ketidakadilan ini diperparah oleh kebijakan pembangunan yang sering kali mengabaikan kepentingan dan hak-hak masyarakat adat Papua, sehingga menciptakan kesenjangan sosial-ekonomi yang semakin lebar.

Rasisme sebagai Kejahatan Kemanusiaan

Rasisme terhadap orang Papua bukan sekadar tindakan individu, melainkan telah menjadi bagian dari struktur sosial yang menindas. Ketika rasisme menjadi sistemik, ia melampaui diskriminasi sehari-hari dan menjadi kejahatan kemanusiaan. Kejahatan kemanusiaan didefinisikan sebagai tindakan yang dilakukan sebagai bagian dari serangan yang meluas atau sistematis terhadap populasi sipil, termasuk pembunuhan, penyiksaan, penghilangan paksa, dan penganiayaan berdasarkan identitas rasial atau etnis. Rasisme terhadap orang Papua memenuhi kriteria ini karena mencakup perlakuan yang tidak manusiawi, pelecehan, dan kekerasan yang berkelanjutan terhadap mereka berdasarkan identitas rasial mereka.

Baca Juga:LBH Pers dan Polisi Serahkan Bukti di Sidang Kasus Teror Bom Victor Mambor

Contoh nyata dari rasisme sebagai kejahatan kemanusiaan dapat dilihat dalam berbagai insiden kekerasan yang dilakukan terhadap warga Papua. Misalnya, insiden rasisme yang terjadi di Surabaya pada tahun 2019, di mana mahasiswa Papua diperlakukan dengan kekerasan dan dihina dengan kata-kata yang merendahkan martabat mereka, menyoroti betapa mendalamnya rasisme dalam masyarakat Indonesia. Tindakan-tindakan seperti ini bukan hanya melanggar hak-hak individu, tetapi juga merupakan serangan terhadap seluruh komunitas Papua, yang direndahkan dan dihilangkan kemanusiaannya.

Baca Juga: Merawat Pendidikan Menangkan Kehidupan

Selain itu, operasi militer dan tindakan kekerasan oleh aparat keamanan terhadap warga sipil Papua sering kali didasarkan pada prasangka rasial. Warga Papua sering kali dicurigai sebagai separatis atau pemberontak hanya karena identitas etnis mereka, yang berujung pada tindakan represif yang brutal. Dalam banyak kasus, kekerasan ini dilakukan tanpa memandang usia, gender, atau status sosial, sehingga menimbulkan penderitaan yang meluas dan berkepanjangan.

Dampak Rasisme

Rasisme memiliki dampak yang sangat merusak pada identitas dan martabat orang Papua. Perlakuan yang diskriminatif dan merendahkan martabat mereka secara sistematis telah menciptakan perasaan teralienasi dan terpinggirkan. Orang Papua sering kali merasa bahwa mereka tidak diakui sebagai warga negara yang setara di Indonesia, yang hak-haknya dihormati dan dijamin oleh negara.

Baca Juga: Katekis Karel Tebai Mendapatkan 2 Piagam

Pengalaman sehari-hari dengan rasisme juga telah menimbulkan trauma yang mendalam pada banyak orang Papua. Trauma ini tidak hanya disebabkan oleh kekerasan fisik, tetapi juga oleh kekerasan psikologis yang terus-menerus dialami. Rasa tidak aman, ketakutan, dan perasaan tidak berdaya yang ditimbulkan oleh rasisme memiliki dampak jangka panjang pada kesehatan mental dan kesejahteraan orang Papua.

Baca Juga: Sejarah Singkat Goa Jepang di Biak, Papua

Lebih jauh lagi, rasisme telah merusak hubungan antara orang Papua dan masyarakat Indonesia lainnya. Rasisme menciptakan jurang pemisah yang mendalam antara komunitas, mendorong sikap saling curiga, dan menghalangi terciptanya dialog yang konstruktif. Ketidakpercayaan yang ditimbulkan oleh rasisme membuat sulit untuk membangun solidaritas dan kerja sama yang dibutuhkan untuk mengatasi masalah-masalah mendasar yang dihadapi oleh Papua.

Upaya Melawan Rasisme

Meskipun rasisme terhadap orang Papua telah berlangsung selama bertahun-tahun, perlawanan terhadapnya juga harus terus tumbuh. Aktivis hak asasi manusia, baik dari Papua maupun dari wilayah lain di Indonesia, telah dan harus terus bekerja keras untuk mengangkat isu rasisme dan mendesak adanya perubahan. Demonstrasi besar-besaran yang terjadi setelah insiden di Surabaya pada tahun 2019 adalah salah satu contoh bagaimana masyarakat Papua dan pendukung mereka di seluruh Indonesia menolak rasisme dan menuntut keadilan.

Baca Juga: Pigai dan Masa Depan Orang-Orang Hitam di Indonesia

Gerakan anti-rasisme ini tidak hanya penting untuk melawan diskriminasi rasial, tetapi juga untuk membangun kesadaran nasional tentang pentingnya penghormatan terhadap keberagaman. Melalui kampanye, pendidikan, dan dialog, masyarakat dapat diajak untuk memahami dampak merusak dari rasisme dan pentingnya membangun masyarakat yang lebih inklusif dan adil.

Baca Juga: RPHAM Papua Nilai Pembungkaman Ruang Demokrasi di Nabire Langgar UU Berpendapat Dimuka Umum

Upaya melawan rasisme juga harus melibatkan reformasi kebijakan di tingkat nasional. Pemerintah harus mengambil langkah-langkah konkret untuk mengakhiri diskriminasi sistemik terhadap orang Papua, termasuk dengan memastikan bahwa mereka memiliki akses yang setara (terhadap pendidikan, pekerjaan, layanan kesehatan, dan hak-hak dasar lainnya). Selain itu, harus ada akuntabilitas yang tegas terhadap pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan atas dasar rasisme, dengan memastikan bahwa pelaku kekerasan dihukum sesuai dengan hukum. Kalau tidak akan terkesan negara sedang memelihara pelaku rasis.

Baca Juga: AWP Sesalkan Tindakan Polisi Terhadap 4 Jurnalis Papua di Nabire

Perjuangan melawan rasisme adalah bagian dari perjuangan yang lebih luas untuk menegakkan hak asasi manusia dan keadilan sosial di Indonesia. Dengan mengakui rasisme sebagai kejahatan kemanusiaan dan berkomitmen untuk mengakhirinya, kita dapat membantu menciptakan masa depan di mana semua orang, termasuk orang Papua, dapat hidup dengan martabat dan kesetaraan. Ini adalah langkah penting menuju terciptanya masyarakat yang lebih adil. (*)

 

* Penulis adalah Imam Katolik di Timika

Post Views: 3,387
Previous Post

Pemda dan Korem 173/PVB Nabire Serahkan Bansos Kepada Korban Bencana Banjir dan Longsor di Dogiyai

Next Post

STT Agapes Jakarta Kelas Nabire Gelar Yudisium, 49 Mahasiswa akan Wisuda Tahun ini

Redaksi

Redaksi

Next Post

STT Agapes Jakarta Kelas Nabire Gelar Yudisium, 49 Mahasiswa akan Wisuda Tahun ini

Please login to join discussion

Papua

Alamat Redaksi

Jl. Trans Nabire-Ilaga KM 200, Kampung Mauwa, Distrik Kamuu, Kabupaten Dogiyai, Papua Tengah.

Browse by Category

  • Artikel Opini
  • Berita
  • Hukum HAM
  • Internasional
  • Kesehatan
  • Lingkungan
  • Nasional
  • Olahraga
  • Papua
  • Pelosok
  • Pemerintahan
  • Pendidikan
  • Pers RIlis
  • Politik
  • Puisi
  • Ragam
  • Religi
  • Sastra
  • Seni Budaya
  • Sosial Ekonomi
  • Sosok/Tokoh
  • Startup
  • Surat Terbuka
  • Video
  • Wawancara
  • Redaksi
  • Tentang JNP
  • Hubung Kami
  • Kode Etik Jurnalistik
  • Pedoman Media Siber

Hak Cipta Jelata News Papua © 2024 All rights reserved

No Result
View All Result
  • Home
  • Berita
    • Internasional
    • Nasional
    • Papua
    • Pelosok
  • Artikel Opini
  • Hukum HAM
  • Kesehatan
  • Lingkungan
  • Pendidikan
  • Pers RIlis
  • Ragam
  • Religi
  • Seni Budaya
  • Sosial Ekonomi
  • Wawancara

Hak Cipta Jelata News Papua © 2024 All rights reserved