OPINI – Semua orang tidak ingin selalu tinggal dalam kegelapan, kebodohan dan penderitaan. Demikian pun orang Papua. Setiap dan semua Orang Papua diundang untuk mencapai terang, kepandaian dan kemerdekaan. Setiap Orang Papua harus bermimpi untuk menjadi tahu baca dan tulis. Mimpi itu harus dikejar dan diwujudkan melalui usaha (latihan) terus menerus. Hanya orang Papua yang “sadar” akan “pentingnya pendidikan”, mereka yang akan tahu baca dan tulis. Ketika mereka tahu baca dan tulis, mereka akan membaca realitas ketertindasan, realitasan penindasa dan akan bangkit untuk membebaskan dirinya. Membebaskan diri dari belenggu kebodohan dan kebutaan huruf dan angka, juga kebutaan membaca realitas. Tugas setiap intelektual adalah membuat setiap dan semua manusia Papua tahu baca dan tulis, agar mereka sendiri baca realitas, selanjutnya mereka sendiri bersuara, menuliskan apa yang dialami sesuai kenyataan tanpa duga dan bingung.
Baca Juga: Puluhan Siswa Kelas III SMA Arak Bintang Kejora di Nabire
Tahu Membaca
Tahu dengan imbuhan awalan “me” dan akhiran “i” menjadi “mengetahui”. Mengetahui adalah sebuah homonim karena arti-artinya memiliki ejaan dan pelafalan yang sama tetapi maknanya berbeda. Mengetahui memiliki arti dalam kelas verba atau kata kerja sehingga mengetahui dapat menyatakan suatu tindakan, keberadaan, pengalaman, atau pengertian dinamis lainnya.
Mengetahui memiliki 7 arti yakni : Memaklumi, Menyaksikan, Tahu akan: Contoh: Kami belum mengetahui sebabnya dia tidak datang, Tahu dengan menilik ciri-ciri (tanda-tanda dan sebagainya), Mengenal: Contoh: Saya mengetahui Ali dari suaranya, Menyadari, Menginsafi.
Membaca adalah mengemukakan atau membunyikan rangkaian lambang-lambang bahan tulis yang dilihatnya dari huruf menjadi kata, kemudian menjadi frasa, kalimat dan seterusnya (Kholid A. H. dan Lilis S. 1997: 140). Selanjutnya, Menurut Giller & Temple arti membaca ialah memberi makna terhadap bahasa tulis. Dengan kata lain sebuah aktivitas memperoleh, dan menciptakan gagasan, informasi, ide, mental dari segala sesuatu yang dibaca (Gillet & Temple (1986).
Baca Juga: KPU Paniai Gelar Tes Tertulis CAT Bagi Calon PPD
Berbeda dengan pendapat Nurhadi (2008: 13) bahwa arti membaca adalah proses yang sangat kompleks dan melibatkan banyak faktor. Misalnya, melibatkan faktor internal dan faktor eksternal si pembaca itu sendiri. Faktor yang memiliki faktor internal terdiri dari minat, intelegensi, bakat, tujuan membaca dan motivasi. Sedangkan faktor eksternal pembaca dipengaruhi oleh latar belakang sosial-ekonomi, sarana membaca dan tradisi membaca. Dari dua faktor tersebut saja jika kita gabungkan, akan menjadi poin yang sifatnya sangat kompleks dan tidak bisa berdiri sendiri tentunya.
Baca Juga: Kolaborasi Firsts Union Lebanon dan PPWI Berikan Penghargaan Internasional kepada Pj Bupati Konawe
Tahu membaca konteks Papua saat ini menjadi kebutuhan mendesak dan sangat penting. Membaca dapat membuka cakrawala Papua. dengan tahu membaca, setiap orang Papua dapat menginsafi, mengetahui, mengenal dan memahami dirinya lebih jauh dan lebih dalam tentang kenyataan hidup, sekaligus tidak menerima penderitaan dan kesakitan secara statis, sekaligus tidak menerima kenyataan begitu saja seolah nasib atau takdir. Artinya, dengan tahu membaca, merangsang setiap orang Papua untuk melangka lagi untuk mencapai makna hidup yang lebih sejati.
Tahu Menulis
Pengertian tentang tahu atau mengetahui telah disampaikan di atas. Bahwa mengetahui sama artinya dengan mengenal, menginsafi, menguasai, memaklumi, menyimak dan menilik. Berdasrkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), menulis dari kata tulis, bertulis ada huruf (angka dan sebagainya) yang dibuat (digurat dan sebagainya) dengan pena (pensil, cat, dan sebagainya); bersurat (yang sudah disetujui); yang ada tulisannya: piagam yang berupa tembaga; tulis tangan ditulis dengan tangan (tidak dicetak);
Menulis pertama membuat huruf (angka dan sebagainya) dengan pena (pensil, kapur, dan sebagainya): anak-anak sedang belajar menulis, kedua, melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat) dengan tulisan: menulis roman (cerita), mengarang cerita.
Sinonim dari menulis pertama, menggambar; melukis: menggambar pemandangan; kedua membatik (kain): lebih mudah mencetak daripada membatik kain.
Menuliskan, pertama, menulis sesuatu di: para tamu menuliskan nama dan alamat masing-masing di dalam buku tamu; kedua. menulis sesuatu dengan; memakai sesuatu untuk menulis: bagaimana hendak menuliskan pensil tumpul ini; ketiga, menulis sesuatu untuk orang lain: saya yang menuliskan surat.
Baca Juga: SKPKC Fransiskan Papua Sponsori Kegiatan Kelas Menulis OMK di Dogiyai
Menulis berkaitan dengan menggambarkan sesuatu dengan merangkaikan huruf juga angka menjadi satu rangkaian kata dan kalimat yang memiliki makna. Apa yang ditulis memiliki makna dan setiap orang yang membaca dapat mengetahui, memahami juga menginsafi dan meniliknya. Setiap orang yang membaca apa yang dituliskan memahami ditanggapinya sesuai pemahaman, kebutuhan dan pengetahuan juga harapan dan kepedulian.
Baca Juga: Israel Duka Akibat Serangan Bom Rudal Irak, Rakyat Papua Turut Berduka Cita
Antara Mimpi dan Kenyataan
Setiap dan semua orang Papua harus mempunya mimpi yang sama untuk semua orang Papua tahu baca dan tulis dari kenyataan sebagian orang Papua tidak peduli dengan “budaya baca tulis ini”. kalau pun ada komunitas-komunitas yang membuka dengan “literasi buku”, namun gerakan ini tidak menjadi gerakan bersama. Masih banyak orang yang masih masa bodoh dan tidak terlibat. Karena itu setiap prang Papua entah yang tahu baca tulis maupun yang belum (tidak) tahu baca tulis, sama-sama menuntaskan juga mengentaskan keadaan ini. Sama-sama bertanggung jawab membuat orang Papua harus tahu baca dan tulis merupakan tanggung jawab bersama.
Pertama, Keluarga yang orangtuanya tidak tahu baca dan tulis harus buat supaya anaknya bisa tahu baca dan tulis. Orangtua menyekolahkan anak-anak agar bisa baca dan tulis.
Kedua, Orang Papua yang sudah tahu baca tulis supaya terus ditingkatkan. Dihaarapkan setiap hari membaca dan menulis. Yang sudah tahu baca dan tulis wajib mengajar, melatih sesama orang Papua yang masih belum tahu baca dan tulis.
Setiap orang Papua sudah saatnya harus tahu baca dan tulis. Gereja literasi buku, taman baca, perpustakaan peribadi maupun kelompok sudah harus dibangun. Orang Papua harus sadar dan tahu bahwa sekarang bukan zamannya lagi menunjukkan otot, namun sebaliknya harus menunjukkan otak. Otak setiap orang terasa hanya dengan melatih baca tulis dan menjadi tahu baca tulis, setelah tahu baca dan tulis, selalu baca dan tulis tanpa henti.
Baca Juga: Dua Minggu Hujan Deras Hantam Rumah dan Kebun Milik Warga di Paniai, Bantuan Belum juga Turun!
Dari sejarah dunia, tidak pernah satu negara pun yang merdeka tanpa pendidikan (tanpa berpendidikan). Baca dan tulis adalah senjata yang dapat membebaskan diri dari kebodohan dan kegelapan yang membelenggu. Saat ini setiap dan semua orang Papua (keluarga-keluarga) terbelenggu, terjajah habis-habisan oleh buta huruf dan angka. Kenyataan ini membuat menerima setiap kenyataan sekalipun yang menyakitkan dan membunuh dengan “ketidakberdayaan” dianggap hal yang wajar dan lumrah.
Penulis adalah Marius Goo, Dosen STK “Touye Paapa” Deiyai, Papua
Comments 1