Oleh: Martinus Tenouye
OPINI – Salah satu nama yang diberikan kepada Ekaristi adalah misa kudus. kata sifat kudus ini sangat penting, sebab ekaristi adalah salah satu tugas pokok imam yakni tugas menguduskan. Ekaristi menguduskan; imam yang merayakan ekaristi adalah imam yang menguduskan dan sendiri dikuduskan.
Baca Juga: Mengapa Kenyataan Terasa Begitu Pahit? Hai Tanah Papua
Mengapa ekaristi adalah kudus? Karena ia menyelamatkan, mengutukan, menyempurnakan, menguatkan dan memberikan kekuatan ketika mengalami suatu penderitaan. Ekaristi membantu para imam dan umat Allah menjadi kudus, menjadi kuat dan menjadi utuh, penuh dan merasa dibebaskan dari kesesakkan dan penderitaan. Ekaristi juga adalah sumber kehidupan, sumber kekuatan, sumber nafas kehidupan yang adalah Yesus Kristus. Yesus Kristus adalah sumber penyelamatan dan kekuatan.
Baca Juga: Demi SDM, Kakam Ikebo di Dogiyai ini Peruntukan Dana Desa Untuk Biaya Anak-anak Sekolah
Sama hal dengan Papua, tanah Papua adalah nafas kehidupan, sumber kehidupan, sumber kekuatan, tanah kudus dan tanah suci sama seperti ekaristi adalah kudus. Tanah Papua adalah mama, karena selalu memberikan kehidupan bagi semua orang. Tanah Papua memiliki alam kekayaan yang begitu besar, di dalamnya memiliki emas, batu tembaga, minyak dan lain-lain.
Baca Juga: Pemkab Dogiyai Gelar Musrenbang RPJPD Tahun 2025-2045
Papua itu simbol ekaristi. Mengapa dikatakan bahwa Papua itu simbol ekaristi? Karena Papua itu sesuatu, Papua itu diberkati, Papua itu tempat sakral, Papua itu tempat tabernakel. Tempat tabernakel adalah tempat untuk menimpan hosti kudus yang sudah diberkati. Tempat itu merupakan tempat sakral, tempat kudus, tempat tinggal Tuhan Yesus. Di dalamnya menimpan kekayaan rohani dan jasmani. Sama hal dengan tanah Papua. Tanah Papua adalah tanah yang diberkati, surga kecil jatuh ke bumi, tanah kudus, tanah suci, taman eden, dan tanah Papua itu tempat sakral. Tanah Papua itu menimpan kekayaan rohani dan jasmani.
Yesus Kristus adalah tuan rumah ekaristi di tanah Papua. Karna itu tanah Papua itu sendiri merupakan tubuh dan darah Kristus yang mampu mengkurbangkan seluruh diriNya secara tidak sia-sia. Alam kekayaan yang dinikmati semuanya itu berasal dari tubuh dan darah Yesus Kristus. Yesus Kristus adalah Sang pembebas, Sang Penelamat, Sang sumber kehidupan. Di dalam-Nya tersembunyi harta dan kekayaan rohani maupun jasmani. Kekayaan dalam bentuk jasmani adalah emas minyak dan lain sebagainya, sedangkan kekayaan dalam bentuk rohani adalah Tuhan Yesus itu sendiri.
Seluruh dunia memandang tanah Papua bagaikan seorang gadis cantik
Tanah Papua itu ada apa? Semua orang memang tanah Papua karena banyak harta dan kekayaannya ada di sana, sehingga banyak orang tak henti-hentinya datang ke Papua. Tanah Papua memiliki alam keindahan, ada hutan, ada gunung emas, ada laut, ada lembah, dan lain-lain. Semua orang ingin menikmtinya seluruh kekayaan itu. Dan saat ini juga semua negara merebut kekayaan tersebut, pertanyaan adalah apakah orang Papua sendiri menikmati kekayaan tersebut? Orang Papua sendiri tidak menikmati kekayaan itu! Yang menikmati kekayaan itu adalah bangsa Indonesia dan negara-negara asing lainnya.
Orang Papua adalah pemilik alam kekayaan dan orang Papua tidur, di atas emas dan kekayaannya tetapi, semuanya itu bukan orang Papua yang menikmati tetapi orang Indonesia dan orang-orang asing “negara asing” yang menikmati. Orang Papua adalah tuan rumah tetapi orang Papua menjadi penonton setia di atas tanahnya sendiri.
Sebenarnya Orang Asli Papua (OAP) itu harus bahagia selalu sejahtera dalam setiap bidang. Namun orang Papua sungguh menderita. Sejak tahun 60 sampai sekarang tidak berhenti-berhenti mengalami krisis kemanusiaan di tanah Papua. Banyak orang yang mati karena ditembak, diperkosa, disiksa, dipenjara. Banyak jiwa yang korban, manusia-manusia yang tidak berdosa,yang tidak bersalah, mereka adalah manusia murni. Bangsa Indonesia membunuh mereka dengan menggunakan alat negara yakni senjata. TNI/POLRI membunuh OAP seperti hewan peliharaan, dalam diri mereka tidak ada rasa kemanusiaan, dalam diri mereka tidak ada nilai-nilai kemanusiaan sehingga terjadi pembunuh seperti itu.
Baca Juga: Yohanes Gobai: Pemilik Hak Ulayat Suku Mee Mulai Dari Bobaigo Sampai Kolaitaga Bibida
Lihat dari dari realita, semua kebijakan-kebijakan pemerintah Indonesia tidak berjalan berdasarkan sesuai kelima Pancasila. Dalam sila kedua menyatakan bahwa manusia diakui sebagai mahkluk Tuhan Yang Maha esa, yang sama derajat, yang sama hak dan kawajiban-kawajiban asasinya, tanpa membeda-bedakan suku, keturunan dan lain sebagainya. Namun kenyataannya tidak seperti itu. Yang terjadi dalam negera Indonesia itu banyak kejahatan; seperti terjadi pembunuhan di mana-mana, diskriminasi di mana-mana. Kita bisa katakana bahwa negara seperti ini belum merdeka secara penuh, itu bukan negara tetapi negara bonega “negara miskin” tidak punya nilai kemanusiaan.
Pancasila “sila kedua” kemanusiaan yang adil dan beradab
Dalam Tap. No. II/MPR/1978, dengan keyakinan akan kebenaran Pancasila, manusia ditempat pada keluhuran harkat dan mertabatnya sebagai mahkluk Tuhan Yang Maha esa, dengan keasadaran untuk mengembangkan kodratnya sebagai mahkluk pribadi dan sekaligus mahkluk sosial. Kita lihat dari realita dalam nagara ini sebenarnya secara penuh negara tidak jalankan hukum-hukum yang ditetapkan dalam negara tersebut. Filosofi Pancasila ‘sila kedua' dalam kemanusia yang adil dan beradab dinyatakan bahwa, sila kemanusiaan yang adil dan beradab, manusia harus diakui diperlakukan sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai mahkluk Tuhan Yang Maha esa. Tetapi yang terjadi dalam dalam negara itu, adalah negara tidak hargai nilai kemanusiaan, tidak hagar Pancasila sebagai dasar negara. Yang terjadi dalam negara ini adalah terjadi pembunuhan di mana-mana, tidak hargai tanah dan kekayaan orang lain tanpa diizin pemiliki tanah dan kekayaan pemerintah Indonesia mencuri dan marampok dan membunuh banyak jiwa manusia Papua. Membunuh manusia Papua yang belum apa-apa, tidak punya salah dan dosa.
Baca Juga: Pj Gubernur PPT Diminta Segera Fasilitasi Masalah Tapal Batas dan Perusahaan Ilegal di Wakiya
Negara Indonesia tidak menghargai nilai kemanusia dan juga tidak menghargai hukumnya. Mengapa dikatakan bahwa negara Indonesia tidak menghargai nilai kemanusiaan? Karena mereka melanggar nilai kemanusiaan, negara Indonesia melihat manusia itu sebagai binatang dan lansung dengan gunakan alat negara, selain itu negara tidak dihormati hak dan martabatnya. Pemimpin negara maupun TNI/POLRI harus bedakan antara manusia dan hewan, keduanya diciptakan oleh Tuhan namun perannya berbeda-beda. Manusia itu khusus dari Tuhan. Tuhan menciptakan manusia supaya manusia dapat marawat dan menjaga alam penciptaan termasuk hewan. Jadi pemerintah anda harus tau bahwa manusia itu bukan hewan.
Baca Juga: MYD Digelar 3 Hari sebagai Tindak Lanjut KYD
Manusia itu sebagai mahkluk ciptaan Tuhan yang dianugerai budi dan karsa merdeka, dihargai, dihormati sesuai dengan martabatnya. Manusia adalah mahkluk rohani sekaligus mahkluk jasmani, dan juga mahkluk sosial. Istilah ini pernah digunakan oleh prof Notonagoro; Setiap manusia diharapkan mendapat apa yang menjadi haknya. Jadi manusia itu harus jaga hak dan martabatnya, karena manusia itu khusus dan citra Allah, bahwa manusia itu segambar dengan Allah, tetapi tidak sama dengan Allah.
Orang Asli Papua (OAP) juga ingin bahagia
Masih adakah orang baik di dunia ini? Masih adakah tindakan murni demi cinta pada sesame tanpa memperhitungkan kepentingan diri? Apa untungnya berbuat kebaikan pada orang yang kita pastikan bahwa banyak orang menderita, sakit, tidak bahagia dan tidak mampu menjamin kehidupannya. Pengorbanan tanpa pamrih telah menjadi barang mahal yang sulit dijumpai. Tetapi sikap seperti itulah yang dibuat Yesus.
Baca Juga: AWP: Penghentian Penyidikan Teror Bom terhadap Victor Mambor Tidak Sah dan Cacat Hukum
“Yang kamu lakukan terhadap saudara-Ku yang paling kecil, kamu lakukan untuk aku; yang tidak lakukan untuk mereka, tidak kamu lakukan untuk Aku” (Mat 25: 31-46). Itulah prioritas perutusan Yesus, yaitu orang kecil, orang tersingkir, orang yang lemah, orang yang tidak akan mampu memberi imbalan apabila menjadi pilihan untuk ditolong.
Baca Juga: Dinas Perikanan Paniai Salurkan Bantuan Paket Lengkap Budidaya Ikan
Demikan pula ketika Yesus dan murid bersama orang banyak dalam situasi sulit; lapar, hari telah malam, jauh dari perkampungan. Maka secara spontan para menyuruh Yesus supaya mereka mencari makan; sikap seperti itulah yang ditegur oleh Yesus;
“Tempat ini sunyi dan hari sudah mulai malam. Surulah orang banyak itu pergi, supaya mereka dapat membeli makanana di desa-desa” Dan sikap seperti itulah yang ditegur oleh Yesus.. “…kamu harus memberi mereka makan……” (Mat 14:13-21).
Tanah Papua sejak tahun 60 sampai sekarang tak henti-hentinya selalu mengalami penderitaan yang berkepanjangan. Ke tahun-tahun belum pernah merasakan namanya kebahagiaan dan kedamaian. OAP pergi melaut di sana ketemu dengan suara penembakkan senjata, OAP pergi ke kebun di sana ketemu dengan suara penembakkan senjata, OAP pergi berburuh ke hutan di sana ketemu dengan suara penembakkan senjata, OAP pergi menjual jualan dipasar di sana ketemu kejadian pembunuhan, OAP pergi ke mana saja di sana ketemu dengan alat negara yakni senjata. Orang Asli Papua (OAP) tidak damai tidak aman dalam seluruh aspek.
Tuhan Yesus datang ke bumi itu untuk mau selamatkan bagi yang menderita, perhatikan orang miskin dan janda dan sembuhkan orang sakit dll. Teladan Tuhan Yesus ini sebenarnya mau mengajar kita khusus “para imam, calon imam, orang beriman” semua terlibat ambil bagian untuk menyampaikan kebenaran kepada pihak-pihak yang bertikai, agar supaya mereka sadar. Sebagai pengikut Tuhan Yesus, semua harus menjadi pembicara kebenaran dan pendoa bagi bagi mereka yang menderita.
Baca Juga: Dua Minggu Hujan Deras Hantam Rumah dan Kebun Milik Warga di Paniai, Bantuan Belum juga Turun!
Teladang Tuhan Yesus sudah tunjukkan kepada pastor /imam/calon imam, pendeta dan semua orang beriman di tanah Papua. Pentingya bekerja sama baik itu siap saja demi kemanusiaan di Papua. Menjadi motivasi utama adalah tokoh agama yakni pastor dan pendeta. Pastor orang asli papua maupun pastor orang pendatang mereka harus menjadi orang pertama untuk berbicara tentang realita di Papua. Jangan tutup mata dan jangan tutup telinga. Ada mata tetapi seolah-olah tidak memiliki mata ada telinga tetapi seolah-olah tidak memiliki telinga. Kalau kita tidak berbicara tentang realita Papua, siapa yang akan menyuarakannya.
Baca Juga: Dewan Pers: Asosiasi Wartawan Papua Harus Tetap Eksis
Sebagai pengikut Tuhan Yesus Kristus, mari kita bangkitkan Papua sebagai sebuah Ekaristi. Jaga manusia Papua, jaga alam Papua, jaga hutan Papua, jaga laut, dan jaga martabat manusia Papua. Tidak adil kalau kita sendiri bahagia dan orang lain menangis dan menderita di depan mata kita. Mari kita tetap nyalakan ekaristi sebagai kekuatan. Kalau kita berbicara tentang realita Papua berarti kita lagi sedang aktifkan ekaristi di tanah Papua. Ekaristi sebagai kekuatan utama yang bersumber pada Tuhan Yesus Kristus yang di dalam Dia ada kekuatan dan penyelamatan.
Penulis Adalah Mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Teologi (STFT) “Fajar Timur” Jayapura-Papua.
Sumber:
Nouwen Henrii.M, Diambil Diberkati Dipecah Dibagikan, (Kanisius: Obor, 2009)
Mali Mateus Perjumpaan Pancasila dan kristianitas (Yogyakarta: Lamalera, 2009)
Kesuma Tunjung Kesuma Pr, Imam Jantung Hati Yesus, (Obor: Kanisius, 2009)